JAVAFX – Analisa fundamental di hari Selasa(16/1/2018), harga emas sepertinya berada di ruang aksi ambil untungnya di perdagangan hari ini dengan sentimen yang bisa berubah negatif dengan bantuan dari telah di bukanya kembali perdagangan di pasar komoditi dan keuangan AS pada malam nanti.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan awal pekan kemarin, kondisi greenback masih mengalami tekanan dari emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $5,60 atau 0,42% di level $1340,50 per troy ounce.
Faktor pengurangan pembelian kembali asetnya oleh Bank of Japan dan segera berakhirnya paket stimulus ECB serta kurang berkenannya beberapa data ekonomi AS, membuat dolar AS terpuruk seakan tiada hentinya kembali sejak awal tahun ini. Emas sendiri sejak awal tahun ini sudah menguat lebih dari 4% diiringi dengan terus munculnya sentimen negatif terhadap perilaku Presiden Trump yang membuat dolar AS akhirnya juga ikut terimbas negatif dan coba dimanfaatkan emas dengan sisi belinya.
Faktor akan mulai dikuranginya paket-paket bantuan ekonomi seperti yang dilakukan bank-bank sentral dari Jepang, Uni Eropa dan Inggris, tentu memberi kesan ke investor bahwa kondisi ekonomi negara-negara tersebut di atas juga sudah mulai membaik kinerjanya sehingga banyak investor berpikir untuk mulai menyebar investasinya apalagi sisi politik di wilayah tersebut cukup terkendali sehingga rasa aman untuk berinvestasi tetap terjaga. Apalagi bank sentral Jerman sudah memasukkan yuan sebagai salah satu mata uang cadangan neracanya, sehingga makin memperburuk citra dollar AS dan membuat emas sebagai pengaman sesaatnya.
Sebetulnya kondisi ekonomi AS sendiri sangat bagus, namun di wilayah lain juga ikut membaik. Sisi di luar ekonomi memang sejauh ini membuat kinerja emas seakan terus positif, padahal pasar saham AS cukup prima kinerjanya dibuktikan dengan bursa DowJones yang terus mencetak rekor terbaik sepanjang sejarah pasar ekuitas AS.
Kekuatiran penggelembungan aset menjadi salah satu tolok ukur investor tidak mengoleksi secara besar ke dolar AS. Ini disebabkan kekuatan cadangan neraca bank sentral AS yang cukup minim kekuatannya untuk menangkal segala bentuk gangguan ekonomi sehingga memegang dolar AS mempunyai resiko yang cukup besar dibandingkan emas.
Sebetulnya keyakinan emas masih bisa melemah datang dari sentimen positif investor ketika melihat pemotongan pajak yang bisa menaikkan inflasi AS di tahun ini. Inflasi yang selalu dikeluhkan pejabat the Fed mungkin akan segera mendekati angka 2% sesuai targetnya, di mana akhir pekan lalu tingkat inflasi ini mendekat ke arah angka tersebut di atas.
Hari ini data AS hanya ada data kegiatan industri di New York. Semua mata akan tertuju kepada data inflasi di Inggris dan Jerman. Bila kedua data tersebut naik, maka dapat dipastikan bahwa dolar AS akan rontok kembali dan emas bisa naik.
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: Reuters