JAVAFX – Analisa fundamental di hari Selasa(23/1/2018), harga emas sepertinya akan memudar di saat layanan pemerintahan AS buka kembali pada perdagangan hari ini dengan sentimen negatif yang akan muncul dari sifat penutupan tersebut yang membuat dolar AS menguat sekaligus investor mencari jalan investasi yang lebih berisiko kembali.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan awal pekan kemarin, kondisi greenback mengalami tekanan dari emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $0,70 atau 0,05% di level $1333,80 per troy ounce.
Sisi Beige Book dan beberapa data ekonomi AS yang bagus, seakan luluh lantak bersama dengan tutupnya pemerintahan AS untuk sementara waktu dan mengulangi sejarah yang sama di 2013 lampau. Memang kala itu tidak membuat efek negatif yang besar ke kondisi ekonomi AS, namun penutupan yang kali ini terjadi mempunyai efek yang bisa lebih besar daripada 2013 tersebut, bila berlangsung lama.
Hal ini tentu cerita bagus bagi kinerja emas saat itu, namun sepertinya segera berakhir setelah tadi pagi Presiden Trump dengan pimpinan Senat dari partai Demokrat Chuck Schumer telah mendapatkan kata sepakat, maka kinerja mata uang AS ini akan membuat perhitungan ulang dengan emas.
Segala bentuk data-data ekonomi AS yang akan muncul atau di rilis, tentu akan kembali dilihat oleh investor dunia lagi, karena dampak yang akan terjadi dari shutdown tersebut tentu tidak jadi melumpuhkan sendi-sendi ekonomi AS itu sendiri di masa yang akan datang. Bayangan terhadap kinerja ekonomi AS di masa depan kembali terang-benderang sehingga investor tentu menghindari jalan aman karena masalah di AS ini akan berakhir di saat makan siang waktu AS.
Agenda ekonomi kali ini akan melihat bagaimana keputusan moneter dari bank sentral Jepang, BoJ, apakah jadi untuk mengurangi paket stimulus ¥80 trilyun ataukah tidak jadi. Beberapa pihak khususnya dari pihak pemerintah Jepang menginginkan Kuroda menunda pengurangan paket stimulus tersebut hingga inflasi 2% tercapai.
Namun sebagian pihak juga melihat bahwa beberapa bank sentral dunia lain sedang mengejar suku bunga yang tertinggal kenaikannya dari the Fed. Normalisasi kebijakan moneter sedang menjadi bahan utama tujuan kerja dari bank-bank sentral tersebut, sehingga kalau kita lihat bahwa emas tentu akan terbatas kenaikannya juga karena investor akan melihat portfolio yang ringan biaya simpannya dan menghasilkan capital gain yang lebih besar di kala ada kenaikan suku bunga.
Selain itu, World Economic Forum di Davos akan mulai hari ini hingga akhir pekan, diharapkan bahwa Presiden Trump bisa hadir karena investor memang menunggu kehadiran presiden kontroversial tersebut. Harapannya juga bahwa kegaduhan seperti NAFTA dan TPP bisa diselesaikan dengan cepat sehingga pasar berjalan dengan normal.
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: Reuters