JAVAFX – Harga emas sedikit keluar dari tekanan sebagai bentuk aksi beli kembali atau buyback disaat pasar perdagangan komoditas dan keuangan di AS libur memperingati hari Kemerdekaannya.
Sebelumnya harga emas mengalami tekanan yang cukup hebat di perdagangan Selasa malam setelah kegiatan manufaktur di AS dan China meningkat seakan mengingatkan situasi bahwa stimulus ekonomi global akan mengalami pengurangan.
Seperti kita ketahui bahwa stimulus ekonomi yang berkurang berarti bahwa suku bunga bank sentral global juga akan mengalami kenaikan atau mengakhiri episode suku bunga ultra rendah dan artinya harga emas tidak akan menarik untuk jangka panjang.
Namun seiring liburnya pasar perdagangan di AS membuat spekulan dan investor memanfaatkan harga emas yang sedang murah di pagi hari tadi dikisaran harga $1220 per troy ounce dimana harga tersebut terendah sejak Mei atau 2 bulan lalu, sehingga seperti teori ekonomi dasar akan terjadi sikap beli ketika harga rendah.
Hal ini membuat harga emas kontrak Agustus di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak menguat $4,70 atau 0,39% di level $1223,90 per troy ounce. Untuk harga perak kontrak September di Comex untuk sementara bergerak melemah tipis $0,01 atau 0,04% di level $16,09 per troy ounce.
Sepanjang perdagangan hari ini, kali ini emas berusaha menjauhkan diri dari level terendahnya 2 bulan lalu di sekitaran $1220an per troy ounce, dimana konsentrasi pergerakan emas yang sulit untuk bangkit beberapa waktu lalu dikarenakan the Fed sejak pertengahan bulan lalu telah memutuskan untuk menaikkan suku bunganya yang kedua di tahun ini dan mungkin 3 kali lagi ditahun depan.
Pergeseran suku bunga the Fed yang akan naik sekali lagi di tahun ini membuat investor semakin yakin dengan alasan the Fed tersebut, karena terdapat beberapa perbaikan di perekonomian AS itu sendiri. Sebetulnya meeting the Fed kala itu, muncul masalah target inflasi yang masih cukup jauh dari harapan dan keinginan untuk menurunkan defisit neracanya.
Berbagai opini melalui verbal intervensi beberapa pejabat the Fed menggiring situasi ke pasar bahwa ekonomi AS membutuhkan kondisi yang stabil dengan cara menaikkan suku bunganya, dan ini memang dimaklumi pasar ketika sektor tenaga kerja sebuah negara dalam kondisi ketat maka ekonomi akan memanas dan bank sentral tentu membutuhkan kenaikan suku bunga.
Namun lambat laun kondisi ini semakin meningkat bahwa rencana the Fed mulai akan segera diikuti oleh beberapa bank sentral utama dunia seperti dari Kanada, Uni Eropa, Jepang, China dan Inggris.
Mereka di minggu lalu sebetulnya menyatakan dalam bahasa isyarat saja bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi serta inflasinya sudah mulai memasuki tren yang meningkat, sehingga ini bisa dibaca bahwa pengetatan kebijakan moneter akan segera mengikuti jejak the Fed.
Ini artinya bahwa harga emas akan terlihat akan mahal di periode jangka pendek ini dan kurang memberikan hasil atau keuntungan imbal hasil yang memadai dibandingkan dengan pasar uang atau pasar obligasi.
Data aktivitas pabrikan China, baik yang dilaporkan oleh swasta maupun pemerintah di bulan lalu menunjukkan perbaikannya sehingga sebelas duabelas dengan kondisi ekonomi AS yang semalam melalui data ISM pabrikan AS yang positif, tentu membuat harga emas akan resah hingga jelang rilisnya data tenaga kerja AS di akhir pekan ini.
Sumber berita: Reuters, Investing, Kitco, Bloomberg
Sumber gambar: China Daily