JAVAFX – Berita komoditas di hari Kamis(11/1/2018), harga emas menggeliat kembali pada perdagangan kemarin seakan menginspirasi kepada investor bahwa harga emas memang dalam jalur yang dinamis untuk menguat dengan masih bertahan di atas level psikologisnya di $1300 per troy ounce dimana China akan mulai menunda atau mengurangj pembelian surat-surat hutang milik AS di masa yang akan datang.
Keputusan China yang memang belum diumumkan secara resmi oleh Beijing, telah membuat harga emas kembali menjadi incaran investor semalam. Tentu dengan penundaan ataupun penghentian pembelian aset-aset dari AS, maka emas akan menjadi alternatif lain diluar alternatif surat hutang negara lain. Alasan China tersebut karena melihat bahwa di beberapa negara lain, sepertinya akan mengalami kinerja ekonomi yang baik pula sehingga China akan menyebar portfolionya.
Hal inilah yang sedikit banyak membuat harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $3,90 atau 0,30% di level $1317,60 per troy ounce. Sedangkan harga perak kontrak Maret di Comex ditutup melemah $0,01 atau 0,06% di level $17,00 per troy ounce.
Sebelumnya sisi jual menghiasi perdagangan emas tersebut dengan bantuan dari tekanan data ekonomi AS pekan lalu yang membaik sehingga menimbulkan kepercayaan bahwa suku bunga the Fed masih di jalur kenaikannya maksimal 3 kali saja di tahun ini. Selain itu upaya dari beberapa bank sentral dunia yang akan memperketat kebijakan moneternya, turut serta membantu sisi jual emas tersebut.
Keputusan dari parlemen AS di akhir tahun lalu untuk mengesahkan UU pajak yang baru, membuat investor masih berharap untuk mengoleksi emasnya karena mereka melihat bahwa investasi berbasis dolar AS makin beresiko dengan adanya pemotongan pajak tersebut. Namun sikap itu terbantahkan setelah pernyataan Kevin Hasset, ketua dewan penasihat ekonomi Trump, bahwa akhir tahun lalu perusahaan-perusahaan AS menambah upah sebesar $1000 per orang serta mengeluarkan bonus tambahan sebagai reaksi langsung Kongres yang mengesahkan UU pajak.
Ini berarti perusahaan AS akan menambah belanja modalnya sebagai bentuk kelebihan laba akibat pemotongan pajak sehingga tingkat inflasi akan naik, seperti diungkap Presiden the Fed wilayah Cleveland, Loretta Mester, dan menambahkan bahwa suku bunga the Fed tahun ini bisa naik 4 kali.
Masalah kenaikan suku bunga Kanada dan Inggris yang diperkirakan bisa terjadi dalam waktu dekat tentu membuat selera beli emas sangat terbatas akhir-akhir ini. Kemungkinan BoC akan menaikkan suku bunganya di bulan ini, the Fed mungkin Maret dan BoE mungkin di kuartal kedua tahun ini. Dan Jepang diperkirakan pada awal tahun depan dengan potensi penghapusan paket stimulus di 6 bulan kedepan. Mendengar kenaikan suku bunga atau penurunan paket stimulus, maka ini bukan berita bagus bagi emas.
Untuk perdagangan di bursa saham Wall Street kemarin, kondisi pasar ekuitas AS mengalami pelemahannya dimana bursa DowJones ditutup turun 0,1%. Sedangkan untuk indeks dolar atau Dixie mengalami pelemahannya sebesar 0,17% di level 91,970. Sepanjang hari ini, data ekonomi penting yang bisa dilihat dan mempengaruhi pergerakan emas adalah data penjualan eceran Australia, ECB minutes, inflasi produsen AS dan klaim pengangguran mingguan AS.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, BBC
Sumber gambar: Wall Street Journal