JAVAFX – Harga emas berjangka naik pada perdagangan Jumat (03/05), memulihkan sebagian dari penurunan tajam dari sehari sebelumnya yang mengirim harga emas ke level terendah tahun ini. Namun demikian, harga logam mulia itu masih mencatatkan kerugian untuk minggu itu sebagai yang kelima dalam enam minggu terakhir.
Data Jumat mengungkapkan bahwa AS menciptakan 263.000 pekerjaan baru yang lebih besar dari yang diperkirakan pada bulan April, yang membantu tingkat pengangguran turun ke posisi terendah 49 tahun di 3,6%.
Sebagai reaksi, dolar sedikit lebih rendah, dimana Indek Dolar AS turun 0,3%, berkontribusi terhadap penurunan mingguan sejauh 0,5% karena emas berjangka diselesaikan. Kelemahan dalam uang memberikan dukungan untuk emas dalam mata uang dolar.
Reaksi dolar terhadap laporan pekerjaan ini membentuk pola V, sebagai bentuk khas, naik pertama kemudian turun karena investor menyadari laporan nonfarm payrolls tidak sekokoh yang disarankan pertumbuhan pekerjaan utama. Demikian pula, imbal hasil awalnya naik kemudian jatuh kembali saat obligasi menguat. Hal ini membantu menopang saham AS dan harga emas, dimana ada persepsi bahwa laporan pekerjaan campuran tidak mengubah prospek suku bunga AS secara material.
Harga emas untuk pengiriman Juni pada bursa Comex, NYMEX naik $ 9,30, atau 0,7%, menetap di $ 1,281.30 per troy ons, dimana untuk kontrak bulan depan mampu mengupas kerugian mingguan menjadi 0,6%. Logam mulia telah membukukan kenaikan minggu sebelumnya, namun kemudian jatuh di masing-masing empat minggu sebelum itu.
Data ekonomi terkini AS menjadi kunci kenaikan harga emas. Sebagaimana dilaporkan oleh Institute for Supply Management (ISM) bahwa Indeks non-manufaktur terbaru yang dirilis Jumat menunjukkan angka 55,5 pada bulan April. Ini merupakan angka yang paling lambat sejak Agustus 2017.
Indeks jasa dari ISM dianggap tidak terlalu baik disaat lapangan kerja AS berkembang kuat, ini mengisyaratkan masih adanya hambatan dalam ekonomi AS. Data ini seakan mengkonfirmasi apa yang sebelumnya dikatakan dalam pernyataan FOMC, dimana mereka masih mencari cara-cara kreatif untuk menjaga suku bunga rendah tanpa pemotongan suku bunga.
Dalam perdagangan sehari sebelumnya, harga emas berakhir turun, terendah dalam catatan perdagangan di tahun 2019. Jatuhnya harga ini karena dolar AS naik setelah pernyataan di hari Rabu oleh Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell, yang tampaknya mengecewakan para investor. Mereka sebelumnya ingin mendapatkan sinyal tentang bagaimana kecenderungan The Fed terkait kebijakan pemotongan suku bunganya. Sebaliknya, Jerome Powell justru tidak memberikan petunjuk tentang arah langkah kebijakan selanjutnya.
Sementara itu, kerugian emas untuk minggu ini datang berasama dengan kabar bahwa World Gold Council (Dewan Emas Dunia ) melaporkan terjadinya kenaikan sebesar 7% dari tahun ke tahun dalam permintaan emas global pada kuartal pertama menjadi 1.053,3 metrik ton. Kenaikan permintaan ini didukung oleh kenaikan sebesar 49% secara tahun ke tahun pada perdagangan tahunan yang memperdagangkan kepemilikan dana dan pembelian bersih di antara bank-bank sentral yang mencapai level tertinggi dalam enam tahun.
Berita dari WGC tersebut seharusnya menjadi berita fundamental yang cukup untuk mendorong emas lebih tinggi. Sayangnya dorongan kenaikan harga emas saat harus terbentur dengan eksodus modal menuju pasar ekuitas. Pasar terus merangkul gagasan bahwa kesepakatan perdagangan AS. – China sudah dekat dan yang tampaknya meningkatkan daya tarik ekuitas, yang secara logis datang dengan mengorbankan instrumen risiko seperti emas. (WK)