JAVAFX – Harga emas melemah disaat perang dagang makin panas pada perdagangan siang hingga sore hari ini di mana potensi perang dagang yang tidak mereda membuat aksi safe haven emas menghilang karena khawatir inflasi yang meningkat.
Pemerintah AS telah memberikan tarif baru 10% terhadap ribuan barang asal China dengan nilai hampir $200 milyar, yang merupakan ancaman lanjutan dari Presiden Trump terhadap China yang belum memperbaiki sistem perdagangannya dengan AS sehingga membuat AS merasa dirugikan olehnya. Sebelumnya Trump juga telah mengancam China akan memberikan tarif senilai $500 milyar selama China belum memperbaiki sistem perdagangannya dengan AS.
Kondisi ini tentu memberi ruang bagi greenback atau dolar AS untuk mulai mendominasi kembali pergerakan mata uang dunia, sehingga membuat emas juga mengalami koreksi sejenak jelang rilisnya data inflasi AS.
Masalah perang dagang juga telah membuat inflasi di China meningkat, di mana data inflasi China sudah meningkat lagi. Presiden Trump masih jalan terus pantang mundur untuk menekan beberapa negara mitra utama dagangnya untuk segera duduk bersama lagi. Namun tampaknya masih belum ada mitra dagang yang mau berunding dengan Trump, malahan China telah saling berbalas dalam melakukan tarif.
Situasi perang dagang yang memanas, sedang menguntungkan sisi jual emas di mana dengan kenaikan tarif maka harga barang akan naik pula, dan itu artinya inflasi AS akan naik. Sejalan dengan keinginan the Fed yang senang menaikkan suku bunganya, maka naiknya inflasi justru akan sangat mendukung fokus kerja the Fed tersebut, yaitu naiknya suku bunga. Mendengar suku bunga naik maka harga emas akan terkoreksi atau terkontraksi.
Hal ini membuat harga emas kontrak Agustus di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup melemah $3,10 atau 0,25% di level $1252,30 per troy ounce. Dan harga perak juga bergerak negatif pada siang ini, sebagai bentuk aksi jual lanjutan melihat potensi perang dagang yang belum mereda.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi