JAVAFX – Harga emas masih nyaman ke Selatan pada perdagangan hari ini di mana potensi kembali menguatnya imbal hasil surat hutang pemerintah AS masih terasa hangat di benak investor jelang munculnya beberapa fundamental ekonomi AS di pekan ini.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan akhir pekan kemarin, kondisi greenback mengalami tekanannya dari emas, sehingga hal ini membuat harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $5,50 atau 0,42% di level $1323,40 per troy ounce. Dalam perdagangan sepekan, harga emas mengalami koreksi sebesar 1,1%.
Secara keseluruhan, nilai emas di perdagangan pekan lalu memburuk, namun sedikit berhasil melakukan buyback di akhir pekan dan segera menjauhi level terendah 5 pekannya berkat dukungan menguatnya dolar AS dan pasar saham Wall Street yang mengalami saat-saat taking profitnya, sehingga investor segera beralih mencari pengaman untuk aset-asetnya. Tingginya yield obligasi t-Bills 10 tahun yang merapat ke level tertinggi 4 tahunnya, membuat emas waktu itu memang tidak enak di kata para investor global.
Diperkirakan hari ini dukungan kenaikan harga emas masih sulit terjadinya dengan potensi taking profit pasca kenaikan di Jumat lalu. Potensi buyback memang masih bisa ada lagi di saat harga rendah dan khawatir dengan laju inflasi AS yang akan meninggi. Seperti kita ketahui bahwa beberapa data ekonomi AS yang membaik telah mendorong laju pertumbuhan ekonomi AS, sekaligus akan mendorong laju inflasinya. Di kala inflasi meninggi, maka investor membutuhkan aset pelindung nilainya, yaitu dengan cara mengoleksi emas untuk penyeimbang inflasi.
Pendorong harga emas juga terkait dengan beberapa sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS kepada beberapa pihak, di mana yang lagi panas adalah rencana sanksi ekonomi ke Iran dan sanksi dagang ke China.
Namun penguatan emas ini sepertinya masih terbatas karena investor sudah paham arah kebijakan suku bunga the Fed selanjutnya. Ini berdasar dari hasil Beige Book dan biaya upah pekerja AS yang terakhir, di mana membuat investor merasa yakin bahwa kenaikan suku bunga the Fed memang tidak bisa dibendung oleh siapaun. The Fed merupakan satu-satunya bank sentral dunia yang telah melakukan normalisasi kebijakan moneternya karena ada dukungan fundamental ekonomi yang memanas.
Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg.
Sumber gambar: Reuters