Harga Emas Masih Melemah

0
114

JAVAFX – Harga emas masih melemah pada perdagangan siang hingga sore hari ini di mana investor masih melihat potensi kenaikan suku bunga the Fed yang masih bisa agresif dan mulai redanya harga minyak sehingga kekhawatiran inflasi global yang merata di seluruh dunia tidak akan terjadi.

Hal ini membuat harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex sementara melemah $2,50 atau 0,19% di level $1345,80 per troy ounce. Harga perak untuk sementara melemah tipis sebagai bagian aksi ambil untung sesaatnya.

Presiden Trump telah bertemu dengan PM Jepang Shinzo Abe di mana keduanya membahas tentang masa depan perdagangan kedua negara dan sepertinya hasil dari pertemuan di Florida AS tersebut memang positif buat greenback, sehingga emas sendiri menguatnya juga sangat terbatas. Jepang ingin mendapatkan fasilitas kebebasan dalam hal tarif impor logam AS, sedangkan AS sendiri ingin segera mendistribusikan peralatan militernya yang akan dibeli oleh Jepang.

Data-data ekonomi AS seperti halnya Beige Book, memang diisyaratkan bahwa kondisi pinjaman hutang, daya beli konsumen dan ketatnya tenaga kerja AS, kesemuanya sangat mengarah kepada naiknya suku bunga the Fed secara agresif. Sebelumnya the Fed sempat khawatir dengan masa depan ekonomi AS karena sedang menghadapi beberapa pembaharuan tarif impor bea masuk ke AS yang sebetulnya sangat mengganggu kinerja ekonomi dalam negeri AS karena perang dagang tersebut.

Namun ungkapan dari sebagian besar pejabat the Fed, memang mengarah ke kondisi yang hawkish, di mana mereka masih ingin suku bunganya lebih cepat untuk naik karena khawatir terhadap naiknya inflasi yang di dorong oleh tren naik dari harga minyak dunia. Harga minyak sejak kuartal keempat tahun lalu secara bertahap terus naik, dan sekarang sedang berada di level tertinggi sejak 3 tahun lalu, sehingga prospek inflasi yang merata meningkat di seluruh dunia semakin nyata adanya, sehingga untuk menahan laju inflasi maka the Fed harus mulai menaikkan suku bunganya.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional juga memberikan peringatan kepada umum bahwa potensi perang dagang antara AS dengan China bisa meruntuhkan kinerja ekonomi dunia, sehingga tatanan pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung bisa berubah menjadi resesi ekonomi jenis baru. Namun IMF juga menyatakan bahwa kinerja ekonomi AS masih bisa meningkat hingga tahun depan.

Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Kitco, Bloomberg, BBC
Sumber gambar: Reuters