Perdagangan emas masih akan mendapati tekanan jual yang besar di hari kedua berturut-turut pada hari Senin (29/08/2022). Tekanan ini dapat membuat harga emas kembali ke kisaran terendah selama lebih dari satu bulan, di sekitar harga $1.720. Dorongan ke bawah didapati dari penguatan Dolar AS mencapai yang mencapai level tertinggi baru dalam dua decade.
Dolar AS menguat atas prospek kenaikan suku bunga Fed di bulan September, sebagaimana ditegaskan oleh Ketua FED, Jerome Powell dalam Simposium Ekonomi di Jackson Hole, pada Jumat kemarin. Tentu saja dengan penguatan ini, akan membuat investor yang bukan berasal dari pengguna Dolar AS akan berada dalam tekanan sehingga pada akhirnya akan membebani komoditas berdenominasi dolar ini.
Pelaku pasar sendiri meyakini dengan tingkat keyakina sebesar 60% bahwa peluang kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin oleh Fed akan terjadi. Peluang ini menguat setelah pidato Jerome Powell yang menegaskan komitmen bank sentral dalam memerangi inflasi. Sementara tingkat keyakinan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin saja, hanya sekitar 40 persen saja.
Hal ini turut mendukung kenaikan lebih lanjut dalam imbal hasil obligasi Treasury AS memperkuat ekspektasi pasar, yang dilihat sebagai faktor lain yang mendorong arus menjauh dari logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil. Yang mengatakan, lingkungan risk-off yang lazim dapat menawarkan beberapa dukungan untuk emas safe-haven dan membantu membatasi kerugian lebih lanjut, setidaknya untuk saat ini.
Penurunan harga emas dibawah 1750, membuka peluang turun ke 1720. Sayangnya, diperkirakan masih akan berlanjut dengan target koreksi ke $1.700. Beberapa aksi jual lanjutan kemungkinan akan membuat XAU/USD rentan untuk menguji ulang harga terendah sepanjang tahun ini, di sekitar wilayah $1.680 yang sempat disentuh pada bulan Juli lalu.
Di sisi lain, upaya pemulihan harga sekarang mungkin menghadapi tantangan kuat di $1730 . Pembelian lanjutan akan mendorong harga ke ke $1740 hingga ke $1745