JAVAFX – Harga emas masih di ruang koreksinya pada perdagangan siang hingga sore hari ini di mana investor masih melihat bahwa harga emas masih bisa melemah lagi meski keputusan Presiden Trump yang keluar dari kesepakatan nuklir Iran masih kalah dengan pengaruh akan naiknya suku bunga the Fed.
Hal ini membuat harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex sementara melemah $4,70 atau 0,36% di level $1309,00 per troy ounce.
Sejak beberapa pekan ini, harga emas terus mengalami tekanan jualnya atau koreksi karena investor khawatir dengan masa depan kenaikan suku bunga the Fed yang bisa terjadi secara agresif dan tidak akan perlahan-lahan seperti yang pernah diungkapkan the Fed dalam rapat suku bunganya yang terakhir.
Ini semua karena investor mulai sadar dengan pernyataan dari beberapa pejabat the Fed yang pada umumnya sudah mulai membuka diri terhadap pemikiran bahwa kenaikan suku bunga di tahun ini bisa lebih dari 3 kali. Hal ini tentu akan menjadi potensi bagi harga emas sendiri karena investor akan mencari aset-aset berlatar belakang dolar AS. Bahkan ketua the Fed Jerome Powell memberi arah ke pasar bahwa sebaiknya pasar tidak panik karena suku bunga the Fed memang harus naik di masa depan.
Berbeda dengan bank sentral utama lainnya, seperti Jepang dan Inggris serta zona euro, tampaknya mereka ini masih akan mempertahankan kebijakan moneter yang ultra ringan sehingga memang suku bunganya dipertahankan untuk tetap rendah. Hal ini membuat dolar AS terus menekan mata uang utama dunia lainnya, dan juga menekan harga emas juga.
Dalam waktu 180 hari kedepan, AS akan segera merancang bentuk sanksi baru ke Iran setelah semalam Presiden Trump menyatakan keluar dari kesepakatan nuklir Iran. Sejauh ini, Presiden Trump menyebut bahwa kesepakatan nuklir Iran 2015 adalah sebuah kesepakatan yang kurang bijak bagi AS, karena Iran merupakan sarang teror menurut Trump yang bisa membuat warganya serta warga di Israel dan negara Arab lainnya bisa gelisah.
Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Kitco, Bloomberg, BBC
Sumber gambar: Reuters