JAVAFX – Harga emas masih bertahan pasca BoJ menentukan sikapnya pada perdagangan siang hingga sore hari ini di mana sisi jual emas memang masih muncul dengan rasa tidak terlalu besar dimana pasar menantikan data inflasi AS nanti malam.
Sisi jual emas untuk sementara masih muncul lagi di siang ini, meski sempat beberapa pekan lalu Presiden Trump yang mengeluh ke publik bagaimana kesalnya presiden AS tersebut melihat suku bunga the Fed terus naik sehingga membuat dolar AS terus menguat dan bisa membuat defisit perdagangannya melebar dan negara lain yang menikmatinya. Trump juga kesal karena China dan Uni Eropa telah memanipulasi pelemahan mata uangnya serta menahan kenaikan suku bunganya sehingga dolar AS terus menguat selama ini.
Rupanya sinyal Trump tersebut cukup besar dan berpengaruh kuat ke harga emas, terbukti harga emas pernah memunculkan sisi belinya lagi dari harga yang tertekan semenjak testimoni Powell beberapa waktu sebelumnya. Faktor optimis Powell memang sempat investor yakin terhadap kenaikan suku bunga the Fed lebih lanjut, di mana perekonomian AS makin solid meskipun masalah perang tarif akan menghadangnya, telah sempat membuat harga emas berada di level rendah sejak akhir 2016 lalu.
Kondisi tenaga kerja AS sedang ketat dan tingkat inflasi sedang berada di atas target bank sentral, sehingga ruang kenaikan suku bunga the Fed memang masih dibutuhkan ekonomi AS di masa mendatang. Apalagi data pertumbuhan terakhir, tercatat paling bagus dalam 4 tahun terakhir, menambah semangat akan kenaikan suku bunga the Fed selanjutnya.
Namun keputusan Bank of Japan untuk mengatut ulang rencana kerja serta target inflasinya, sedikit banyak meredam gejolak jual yang sempat muncul di emas pada pagi tadi. Pasca BoJ meeting, harga emas berangsur-angsur pulih.
Hal ini membuat harga emas kontrak Agustus di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup melemah $0,50 atau 0,04% di level $1231,00 per troy ounce. Dan harga perak juga bergerak negatif pada siang ini, sebagai bentuk aksi short-sell kembali alias mengambil aksi jual lanjutan pasca pelemahannya di perdagangan sebelumnya.
Sebelumnya, seperti kita ketahui bahwa beberapa waktu lalu harga emas seringkali diakhiri dengan kondisi yang melemah, sebagai dampak dari memanasnya perang dagang dan akan naiknya suku bunga AS. Pemerintah AS telah memberikan tarif bea masuk terhadap barang asal China, yang merupakan ancaman lanjutan dari Presiden Trump terhadap China yang belum memperbaiki sistem perdagangannya dengan AS sehingga membuat AS merasa dirugikan olehnya.
Masalah perang dagang juga telah membuat inflasi di dunia meningkat. Situasi perang dagang yang memanas, memang sering kali menguntungkan sisi jual emas di mana dengan kenaikan tarif maka harga barang akan naik pula, dan itu artinya inflasi AS akan naik. Sejalan dengan keinginan the Fed yang senang menaikkan suku bunganya, maka naiknya inflasi justru akan sangat mendukung fokus kerja the Fed tersebut, yaitu naiknya suku bunga. Mendengar suku bunga naik maka harga emas akan terkoreksi atau terkontraksi. Apalagi nanti malam ada data core pce AS, data patokan inflasi dari the Fed.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi