JAVAFX – Berita komoditas di hari Selasa(2/1/2018), harga emas masih bergerak ringan pada perdagangan sore hari ini dan tetap bertahan di atas level psikologis $1300 per troy ounce dengan dorongan sentimen bahwa investor masih nyaman memegang emas dibandingkan mengoleksi dolar AS akibat dari konflik di Korea dan Timur Tengah di akhir tahun lalu.
Hal inilah yang membuat harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex sementara menguat $1,40 atau 0,11% di level $1298,80 per troy ounce. Untuk harga perak kontrak Maret di Comex ditutup melemah $0,07 atau 0,41% di level $17,08 per troy ounce.
Kondisi atau situasi safe haven masih bertahan di perdagangan emas hari ini setelah bulan lalu Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sanksi baru kepada Korea Utara akibat dari masih keras kepalanya Pyongyang ini yang masih terus mengembangkan senjata nuklirnya. Dalam sanksi PBB tersebut terungkap bahwa melarang 90% ekspor minyak dunia ke Korea Utara disertai dengan pelarangan pengiriman uang yang berasal luar negeri ke dalam negeri tersebut.
Dan rupanya Presiden Trump mengetahui bahwa China masih memberikan sebagian minyaknya kepada Korea Utara sehingga Trump sangat marah mengetahui hal tersebut. Pihak Korea Utara sendiri rupanya masih kesal dengan upaya AS yang terus melakukan tekanan kepada Pyongyang dimana situasi tersebut merupakan usaha membebaskan kawasan Korea tersebut dari nuklir.
Selain itu penguatan emas juga didukung oleh beberapa data ekonomi AS terakhir yang kurang bagus dibanding periode sebelumnya dan tidak sesuai ekspektasi investor sehingga dolar AS melemah dan coba dimanfaatkan dengan beli emas kembali meski berlangsung dengan volume perdagangan yang belum pulih akibat dari beberapa pasar yang masih libur awal tahun. Pasar Jepang libur, namun pasar Eropa dan AS hari ini sudah mulai buka lagi.
Kontroversial reformasi fiskal AS berupa UU pajak yang baru mampu membuat emas sendiri masih menjadi perburuan investor mengingat reformasi pajak mulai diragukan bisa meningkatkan kinerja ekonomi AS dengan signifikan meskipun kenaikan suku bunga the Fed bisa lebih dari 3 kali di 2018 nanti,
Sejauh perdagangan tahun lalu, indeks dolar mengalami penurunan sekitar 9% dibanding kinerjanya di tahun sebelumnya, atau terburuk sejak 2003, dengan potensi beberapa konflik baik dalam negeri maupun luar negeri AS yang menjadi penyebab turunnya kinerja indeks dolar tersebut, diantaranya adalah konflik geopolitik yang paling menonjol adalah Semenanjung Korea, kemudian konflik politik di kala Trump berkampanye sebagai presiden AS serta masih rendahnya inflasi AS di tahun ini.
Hal ini juga membuat kinerja emas juga menunjukkan potensi perbaikannya dengan mengalami kenaikan di tahun lalu sekitar 13,4%. Beberapa kondisi tersebut kemungkinan besar masih dapat berlanjut hingga awal kuartal tahun depan sehingga sikap investor di awal perdagangan tahun ini masih menjauhi dolar AS dan memilih emas sebagai pilihan investasinya di awal tahun.
Sumber berita: Reuters, Investing, Kitco, Bloomberg, BBC
Sumber gambar: BBC