JAVAFX – Pada perdagangan akhir pekan kemarin, Jumat (22/03) harga emas mampu mempertahankan laju kenaikannya. Tak heran bila kemudian berhasil bertengger dipuncak harga tertinggi dalam tiga minggu ini. Dorongan kenaikan harga didapatkan dari kekhawatiran investor yang bersumber dari munculnya potensi resesi ekonomi global.
Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan April, di bursa Comex naik $ 5, atau 0,4%, ke harga $ 1,312,30 per troy ons. Tercatat dengan kenaikan sebesar 0,7% dalam sepekan, menandai kenaikan mingguan ketiga berturut-turut. Harga emas masih akan mampu bertahan diatas $1300 hingga dua kwartal kedepan.
Dolar AS memang menguat dan berusaha memberikan tekanan, namun demikian harga emas mampu mengalahkan tekanan Greenbacks oleh aksi beli yang marak menyusul sejumlah data ekonomi yang mengecewakan.
Bursa saham AS, yang menjadi pelarian aksi risk appetite, harus memberikan jalan bagi emas untuk menguat dengan jatuh bersama dengan sejumlah bursa saham utama lainnya. Indikasi perekonomian global yang suram, membuyarkan aksi beli investor di pasar saham.
Data ekonomi Eropa terkini menunjukkan bahwa indek pembelian manajer jauh lebih lemah dari yang diharapkan, sementara IMP manufaktur flash IHS Markit untuk AS turun menjadi 52,5 pada bulan Maret dari 53 sebulan sebelumnya. Dengan angka diatas 50, kondisi tersebut masih menunjukkan adanya ekspansi. Mengingat jika tergelincir dibawahnya, mengindikasikan adanya kontraksi.
Melemahnya data tersebut menggarisbawahi kekhawatiran atas prospek pertumbuhan global dan memicu selera investor untuk aset yang dianggap sebagai surga. Dalam hal ini adalah emas sebagai aset safe haven yang paling tepat.
Sementara harga emas menguat, investor juga mulai membeli obligasi pemerintah Jerman dan AS. Imbal hasil obligasi untuk tenor 10-tahun Jerman, turun kembali di bawah 0% untuk pertama kalinya sejak 2016. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10-tahun juga turun 8 basis poin ke 2,453%, diperdagangkan di bawah imbal hasil pada obligasi tenor 3 bulan dan membalikkan bagian penting dari kurva imbal hasil untuk pertama kalinya sejak 2007 dan memicu indikator resesi yang diawasi ketat. Hasil jatuh karena harga obligasi naik.
Dengan perubahan dalam toleransi risiko dan sentiment, investor dapat berharap kenaikan harga emas masih akan berlanjut sampai minggu depan dan setidaknya hingga bulan April ini. Indek laporan PMI manufaktur flash Jerman yang mengerikan telah mengkristalisasi risiko ketidakpastian Brexit dan perekonomian benua biru tersebut.
Sementara berkenaan dengan data ekonomi dari AS yang dirilis pada hari Jumat setelah The Federal Reserve awal pekan ini mengisyaratkan tidak ada kenaikan suku bunga tahun ini, dianggap sangat lunak mengingat ada indikasi dua kenaikan sebelumnya. Bank sentral juga menurunkan perkiraan pertumbuhan karena berjanji untuk tetap bersabar, mengikuti pada poros Januari yang melihatnya tiba-tiba menempatkan jeda kebijakan pengetatan moneter secara bertahap. (WK)