JAVAFX – Harga emas kesulitan ciptakan sisi belinya pada perdagangan siang hingga sore hari ini di mana pengaruh krisis Turki masih ada di saat delegasi perdagangan China sedang berkunjung ke AS meskipun dolar AS mulai menampakkan koreksinya juga.
Sisi jual emas yang besar memang sempat muncul sejak akhir pekan lalu atau di saat krisis Turki muncul pertama kalinya Jumat lalu di mana kondisi ini telah membuat pasar keuangan dunia guncang, di mana mata uang Turki Lira turun tajam dan membuat mata uang non dolar AS lainnya mengalami aksi jual yang cukup besar dalam menghadapi tekanan greenback atau dolar AS, sebagai wujud kekhawatiran investor terhadap masa depan Turki yang terancam sistem keuangan negaranya.
Turki memang bukan negara dengan ekonomi kuat dan berpengaruh di dunia, namun investor sedang khawatir dengan pergolakan perdagangan di Turki yang bisa membawa dampak sistemik ke beberapa kawasan khususnya di wilayah Eropa. Krisis Turki selain membuat mata uangnya, Lira yang turun tajam, juga membuat harga emas sempat tercatat berada di level terendahnya sepanjang 18 bulan terakhir dan diperdagangkan di bawah level psikologis $1200 per troy ounce. Dan rupanya siang ini kondisi ini terulang kembali.
Namun lambat laun seiring dengan beberapa aksi dari Turki yang mendapat bantuan dana segar dari Qatar dan rencana peerundingan China dengan AS, sedikit membuat pasar uang sedikit tenang kembali sehingga tekanan dari dolar AS juga sempat mulai berkurang sehingga harga emas sudah ada sisi belinya lagi atau menjauhi level terendahnya. Namun belum adanya keputusan sela dari Washington hingga saat ini, kondisi emas juga tidak banyak berubah untuk terus terkoreksi kembali.
Hal ini membuat harga emas kontrak Desember di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $3,10 atau 0,26% di level $1180,90 per troy ounce. Dan harga perak juga bergerak negatif kembali pada siang ini, sebagai bentuk aksi ambil untung yang terjadi pasca penguatan yang ada di perdagangan sebelumnya.
Sebelumnya, seperti kita ketahui bahwa beberapa waktu lalu harga emas seringkali diakhiri dengan kondisi yang melemah, sebagai dampak dari memanasnya perang dagang dan rencana akan naiknya suku bunga AS.
Situasi perang dagang yang memanas, memang sering kali menguntungkan sisi jual emas di mana dengan kenaikan tarif maka harga barang akan naik pula, dan itu artinya inflasi AS akan naik. Sejalan dengan keinginan the Fed yang senang menaikkan suku bunganya, maka naiknya inflasi justru akan sangat mendukung fokus kerja the Fed tersebut, yaitu naiknya suku bunga. Mendengar suku bunga naik maka harga emas akan terkoreksi atau terkontraksi.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi