JAVAFX – Analisa fundamental di hari Kamis(25/1/2018), harga emas ingin bertahan di level tinggi dan mengharapkan sentimen yang positif kembali muncul pada perdagangan hari ini di mana berharap pula bahwa dolar AS masih terus membuat sisi koreksi lanjutan pasca pernyataan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin yang menyatakan bahwa AS tidak masalah dengan pelemahan greenback.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan kemarin, kondisi greenback mengalami tekanan lanjutan dari emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $21,80 atau 1,63% di level $1363,80 per troy ounce. Level tertinggi hampir 2 tahun lalu.
Sisi Beige Book dan beberapa data ekonomi AS yang bagus serta telah dibukanya kembali jalannya pemerintahan AS, belum secara langsung mengembalikan kepercayaan diri investor untuk menikmati kembali portfolio berbasis dolar AS. Apalagi pernyataan Mnuchin dan Ross yang menyatakan bahwa pihak AS sedang memperbaiki dirinya sendiri dengan menekan defisit perdagangannya dan terus menciptakan lapangan kerja baru.
Beberapa kebijakan AS memang sangat tidak bersahabat bagi importirnya dengan contoh kenaikan bea masuk serta membuat ketat terhadap aturan hak paten terhadap barang impor. Tujuannya memang menahan impor dan sedang memperbaiki defisit perdagangannya sehingga nuansa menghindarkan diri terhadap shutdown karena kekurangan dana belanja bisa terwujud.
Perang mata uang dan perang perdagangan yang diinginkan Presiden Trump tersebut masih akan membuat dolar AS terus tertekan dan ini memang kehendak Trump dan the Fed sendiri karena the Fed juga mempunyai masalah terhadap defisit neracanya. Sejauh pelemahan dolar AS ini terjadi, pejabat the Fed pun juga seakan diam seribu bahasa dan tanpa perlawanan sama sekali. Itulah sebuah bentuk ‘pembiaran’ bagi emas untuk menguat agar nilai emas simpanan bank sentral AS juga naik.
Kondisi seperti ini sebetulnya pihak di luar AS harusnya waspada tinggi karena bila dibiarkan maka sisi normalisasi kebijakan moneter AS akan berjalan lebih cepat daripada pemikiran semua pihak sehingga bank-bank sentral dunia lainnya akan kedodoran menyusul kenaikan suku bunga the Fed.
Bila tertinggal maka bank-bank sentral tersebut akankesulitan memperbaiki atau memulihkan ekonominya kembali karena produktivitas dalam negerinya akan melemah tajam. Hal ini bisa terjadi ketika dolar AS melemah tajam seperti semalam maka sisi ekspor ke AS dengan sendirinya akan tertahan karena harga barangnya akan terlihat lebih mahal dari sebelumnya sehingga produktivitas dalam negeri serta sektor tenaga kerja langsung terimbas negatif dan sering juga menimbulkan resesi model baru.
Perlu kewaspadaan tinggi apalagi pertemuan World Economic Forum di Davos esok malam menghadirkan sosok kontroversial yaitu Presiden Trump. Angela Merkel dan Emmanuel Macron sendiri semalam juga menyatakan pernyataan dengan nada ‘defensif’ sebagai bentuk antisipasi terhadap munculnya sosok Trump tersebut.
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: Reuters