Harga Emas Ingin Bertahan di Area Penguatannya

0
104

JAVAFX – Harga emas ingin bertahan di area penguatannya pada perdagangan hari ini di mana dukungan kenaikan suku bunga the Fed bisa menghilang lagi di saat fundamental ekonomi AS tidak ada yang rilis pada hari ini.

Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan kemarin, kondisi greenback mengalami tekanannya dari emas, sehingga hal ini membuat harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $8,60 atau 0,62% di level $1332,20 per troy ounce.

Nilai emas di perdagangan kemarin membaik berkat dukungan melemahnya dolar AS dan pasar saham Wall Street sehingga investor butuh sebuah pengaman sejenak untuk aset-asetnya. Selain itu, penguatan emas juga disebabkan oleh jatuhnya harga emas sejak pekan lalu sebesar lebih dari 1% sehingga nilai emas terlihat lebih murah.

Diperkirakan hari ini dukungan kenaikan harga emas masih ada berkat liburnya data ekonomi AS hari ini. Selain itu, beberapa data ekonomi AS yang membaik telah mendorong laju pertumbuhan ekonomi AS, sekaligus akan mendoong laju inflasinya. Di kala inflasi meninggi, maka investor membutuhkan aset pelindung nilainya, yaitu dengan cara mengoleksi emas untuk penyeimbang inflasi.

Pendorong harga emas juga terkait dengan beberapa sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS kepada beberapa pihak, di mana yang terakhir jatuh ke sebuah produsen tambang paladium terbesar di dunia, Rusal, perusahaan asal Rusia. Bila AS terus menjatuhkan sanksi-sanksi, maka sudah otomatis bahwa sisi safe haven akan muncul lagi.

Akan tetapi, penguatan emas ini sepertinya masih terbatas karena investor sudah paham arah kebijakan suku bunga the Fed selanjutnya. Ini berdasar dari hasil Beige Book yang terakhir, di mana membuat investor merasa yakin bahwa kenaikan suku bunga the Fed memang tidak bisa dibendung oleh siapaun. The Fed merupakan satu-satunya bank sentral dunia yang telah melakukan normalisasi kebijakan moneternya karena ada dukungan fundamental ekonomi yang memanas.

Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg.
Sumber gambar: Reuters