JAVAFX – Analisa fundamental di hari Jumat(19/1/2018), harga emas ingin bangkit kembali di perdagangan hari ini meskipun sentimen yang mulai berubah positif terhadap kinerja ekonomi AS pasca Beige Book dan keinginan kenaikan suku bunga the Fed dan berharap penutupan jalannya pemerintahan AS bisa terjadi.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan kemarin, kondisi greenback mengalami tekanan dari emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $0,26 atau 0,02% di level $1327,10 per troy ounce.
Hasil laporan aktivitas bisnis 12 cabang the Fed terkini yang tertuang di dalam Beige Book menyimpulkan bahwa kenaikan suku bunga the Fed masih akan tetap 3 kali dengan keyakinan bahwa reformasi pajak yang baru belum menampakkan sifat pendorong membaiknya kinerja ekonomi AS secara keseluruhan. Namun sebagian besar distrik yakin bahwa sifat dari reformasi pajak ini akan tetap menjaga kinerja PDB AS untuk lebih baik dan inflasi juga diberikan kesempatan untuk menunjukkan tren peningkatannya karena tren upah juga menunjukkan peningkatannya.
Sisi Beige Book dan beberapa data ekonomi AS yang bagus di mata teori ekonomi, tetap tidak dilihat pasar sebagai pendorong keinginan naiknya atau menguatnya dolar AS dan lemahnya emas. Hal ini karena investor sedang khawatir bahwa pembahasan akhir pekan mengenai tutup tidaknya jalannya pemerintahan AS sedang dipertaruhkan. Sabtu ini, anggota parlemen AS akan membahas tentang penambahan batas defisit anggaran agar Presiden Trump dan jajaran administrasinya bisa melayani warga AS hingga bulan depan.
Bila lolos pelebaran defisitnya, maka dolar AS akan bermain lagi dengan data-data ekonominya, namun bila tidak maka ‘panic-selling’ akan terjadi dan emas biss melejit ke $1365 per troy ounce lagi.
Selain itu, masalah World Economic Forum juga akan menjadi patokan bagi arah pergerakan mata uang dan pasar komoditi di pekan depan, di mana pasar akan melihat dan menyoroti kepada Presiden Trump yang merupakan bintang pada pertemuan tersebut. Seperti kita ketahui bahwa beberapa kebijakan Trump selalu membuat pasar terkaget-kaget, seperti contohnya masalah NAFTA yang akan terancam bubar, kemudian tekanan politik ke Iran dan Korea Utara yang pada akhirnya juga menyerang ekonomi keduanya, dan masih banyak lagi.
Semua itu intinya membahagiakan nilai emas itu sendiri. Namun kami sadar bahwa dolar AS memang sedang dilemahkan oleh AS di mana bank sentral AS sendiri sedang berfokus kepada pengurangan defisit neracanya dan terlihat bahwa berkali-kali dolar AS melemah namun tidak tampak sama sekali bentuk perlawanan dari the Fed dengan verbal intervensinya.
Tampaknya ini juga sebagai bentuk aksi nyata dari kampanye Trump kala itu yang selalu menuduh China dan Jepang bahwa terjadi depresiasi mata uangnya secara manipulatif, sehingga kali ini AS ingin membalasnya dengan melakukan depresiasi nilai mata uangnya agar defisit anggarannya bisa berkurang sehingga emas bisa melemah lagi.
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: Reuters