JAVAFX – Analisa fundamental di hari Kamis(11/1/2018), harga emas diperkirakan sulit menguat lebih besar di perdagangan hari ini dengan situasi ekonomi AS dan dunia yang sepertinya membaik dengan diiringi rasa optimis bahwa kenaikan suku bunga the Fed yang masih akan terjaga dan adanya reformasi pajak serta pengetatan kebijakan bank sentral dunia.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan kemarin, harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $3,90 atau 0,30% di level $1317,60 per troy ounce.
Faktor pengurangan pembelian kembali aset-aset jangka panjang Jepang oleh Bank of Japan dan beredarnya kabar angin atau rumor atas penundaan pembelian atau pengurangan pembelian surat hutang AS yang dilakukan China, membuat semua arah perdagangan berubah sehingga memberi efek panik sejenak dan ini sedikit menguntungkan emas.
Faktor akan mulai dikuranginya paket-paket bantuan ekonomi seperti yang dilakukan bank-bank sentral dari Jepang, Uni Eropa dan Inggris, tentu memberi kesan ke China bahwa kondisi ekonomi negara-negara tersebut di atas juga sudah mulai menunjukkan kebangkitannya sehingga Beijing akan berpikir untuk mulai menyebar investasinya sebagai perwujudan dari pepatah yang bijak yaitu “janganlah meletakkan roti di keranjang yang sama”.
Tentu hal ini merupakan upaya pertolongan emas untuk menguat lebih besar dimana pihak the Fed sendiri sepertinya masih enggan membuat keputusan darurat dan lebih senang dengan nilai dolar AS yang melemah sehingga neracanya membaik. Kami melihat bahwa upaya China ini juga merupakan jawaban atas fokus kerja the Fed yang mulai mengurangi defisit neracanya dimana sebagian besar surat hutangnya akan dijual kembali.
Keyakinan dolar AS masih bisa melawan emas dengan dukungan sentimen positif investor melihat sisi pemotongan pajak yang baru bahwa bisa menaikkan inflasi AS di tahun ini dengan cepat setelah pekerja mendapatkan kenaikan upah dan tambahan bonus sebagai dampak langsung reformasi fiskal tersebut. Inflasi yang selalu dikeluhkan pejabat the Fed mungkin akan segera mendekati angka 2% sesuai targetnya, dimana akhir pekan ini akan dirilis dengan perkiraan akan membaik.
Namun sisi sepak terjang Trump harus tetap diperhatikan serius setelah diperkirakan sanksi ekonomi baru ke Iran dan ancaman keluarnya AS dari NAFTA bisa mempengaruhi hati investor. Persoalan sanksi dan perjanjian perdagangan tersebut memang akan merubah arah dolar AS yang tidak bagus, apalagi nanti malam ada data inflasi produsen dan klaim pengangguran mingguan AS.
Klaim pengangguran mingguan sepertinya masih buruk sebagai dampak dari kurang bersahabatnya cuaca di AS. Sedang inflasi produsen tampaknya akan meninggi karena beberapa biaya tetap atau fixed cost bahan baku industri mengalami kenaikam termasuk upah tenaga kerja.
Bicara tentang ekonomi AS memang masih ada harapan terhadap pelelmahan dengan pemicu juga bahwa Bank of England dan Bank of Canada kemungkinan besar akan mengikuti jejak the Fed untuk menaikkan suku bunganya juga di tahun ini. BoC mungkin menaikkan suku bunganya di bulan ini, BoE di akhir semester pertama dan the Fed di rapat bulan Maret. Untuk European Central Bank dan Bank of Japan sepertinya baru di semester kedua tahun ini atau awal tahun bisa naik suku bunganya, disertai pula kemungkinan besar Swiss National Bank juga akan mengakhiri suku bunga negatifnya di pertengahan tahun depan.
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: Reuters