JAVAFX – Berita komoditas di hari Jumat(3/11/2017), harga emas berharap tidak alami aksi ambil untungnya di akhir pekan perdagangannya, dimana diperkirakan data tenaga kerja AS yang didalamnya terdapat data nonfarm payroll alias NFP akan membaik pada periode kali ini.
Malam ini, emas akan diuji coba penguatannya lagi, dengan kepercayaan penuh menurut pasar bahwa suku bunga the Fed akan naik di Desember serta akan membaiknya data nonfarm payroll nanti malam, ujian apakah emas mendekati level psikologisnya ataukah malah menjauhinya. Kalau masih bisa bertahan diatas level $1270 pertroy ounce, maka dapat dipastikan bahwa minggu depan emas akan melewati level psikologisnya.
BACA: Harga Emas Ingin Bertahan di Area Beli
Hal inilah yang membuat harga emas kontrak Desember di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $2,00 atau 0,16% di level $1276,10 pertroy ounce. Untuk harga perak kontrak Desember di Comex untuk sementara bergerak melemah $0,04 atau 0,25% di level $17,10 pertroy ounce.
Sebelumnya Presiden Trump yang telah memilih Jeremy Powell sebetulnya memang bukanlah sosok yang diidamkan pasar karena jiwa kepemimpinan Powell kurang hawkish atau kurang berani terhadap kenaikan suku bunga, sedangkan pesaingnya John Taylor yang memang berjiwa sangat hawkish dan disukai pasar, sehingga faktor keterpilihan Powell membuat emas mulai menampakkan keinginan untuk menguat karena dapat dipastikan di tahun depan suku bunga the Fed akan naik secara terjadwal dan berhati-hati seperti pendahulunya Janet Yellen.
Selain itu pengaruh pengajuan rancangan undang-undang reformasi pajak AS yang akan diserahkan di pekan ini, sepertinya masih kurang berpengaruh ke sisi negatif emas dimana reformasi pajak tersebut sebetulnya banyak mendapat kritik dari Senat AS khususnya yang berasal dari GOP maupun oleh ekonom-ekonom dunia lainnya.
Hal ini membuat sikap yang skeptis dari investor emas dunia, karena dapat diketahui bahwa paket bantuan perbaikan ekonomi tersebut seharusnya dilakukan ketika negara sedang menghadapi kondisi genting seperti terjadinya resesi ekonomi, bukan ketika negara sedang sehat-sehatnya kondisi ekonominya, sehingga terkesan bahwa kebijakan fiskal ini terkesan mengada-ada dan malah membebani defisit anggaran pemerintah Trump.
Namun seperti kita ketahui bahwa adanya reformasi pajak ini bisa meningkatkan laju PDB AS atau pertumbuhan ekonominya sebesar 0,5% dalam tahun pertama pelanksanaannya sehingga suku bunga makin mudah dinaikkan.
Sumber berita: Reuters, Investing, Kitco, Bloomberg, BBC
Sumber gambar: Bloomberg