JAVAFX – Harga emas menetap lebih tinggi pada perdagangan di hari Jumat (13/12/2019), didukung oleh melemahnya dolar AS dan terjadinya penurunan imbal hasil obligasi AS. Hasil ini sekaligus mampu membukukan keuntungan dalam sepekan, dimana para pedagang tengah berjuang untuk memilah-milah kabar dan informasi yang rinci dari kesepakatan perdagangan AS – Cina.
Sebagaimana dikabarkan bahwa AS dan China telah mencapai kesepakatan secara tekstual dari kesepakatan perdagangan fase satu. Kedua negara akan meratifikasi kesepakatan ini secepat mungkin, sebagaimana dikatakan pejabat Cina pada hari Jumat. Sementara AS memutuskan untuk membatalkan tarif barang-barang China secara bertahap, demikian dikatakan oleh Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen.
Presiden Donald Trump sendiri mengatakan pada hari Jumat bahwa AS dan China menyetujui perjanjian perdagangan fase-satu dan mengatakan tarif yang dijadwalkan 15 Desember untuk barang-barang Tiongkok telah dibatalkan.
Kabar ini tentu saja merupakan kemajuan nyata, tetapi pasar berhati-hati dari kedua belah pihak mengingat kami telah sedekat ini sebelumnya hanya untuk memiliki China mundur dari kesepakatan yang disepakati secara prinsip. Namun, emas kemungkinan menemukan dukungan dari “memutar kembali ke beberapa data awal minggu ini,” seperti indeks harga produsen dan pernyataan kebijakan FOMC Rabu.
Dengan latar belakang berita tersebut, harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Februari naik $ 8,90, atau 0,6%, menjadi menetap di $ 1,481.20 per ounce, finish tertinggi untuk kontrak paling aktif sejak 5 Desember, menurut data FactSet. Sementara untuk catatan minggu ini, harga emas naik 1,1%, sementara perak melihat kenaikan mingguan 2,5%, menurut data FactSet yang melacak kontrak berjangka paling aktif.
Sejumlah analis telah memperingatkan bahwa menghilangkan ketakutan geopolitik, termasuk pada perdagangan Brexit dan AS – Cina, tetap menjadi faktor suram untuk logam kuning dalam jangka panjang. Emas sedikit anomali karena awalnya mematok emas lebih rendah pada kesepakatan perdagangan tarif kemudian berbalik menguat, tetapi dengan lingkungan inflasi AS yang jinak mungkin menjaga imbal hasil AS tetap terkendali, dimana emas mungkin tidak selalu memiliki dasar blow-off sebagai akibat dari kesepakatan perdagangan.
Meski demikian dengan tidak adanya sentiment dovish absolute yang bersumber dari Fed, risiko penurunan tetap tinggi karena relokasi lintas-aset ke ekuitas bisa semakin intensif ke akhir pekan bahkan lebih jika perdagangan rebound pertumbuhan global berlangsung.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mendapatkan kemenangan yang menentukan Kamis malam yang memberinya masa jabatan lima tahun baru setelah Partai Konservatif memenangkan pemilihan umum.
Harga emas telah dipengaruhi oleh kekhawatiran tentang perdagangan dan ketidakpastian di sekitar pemilihan UK, serta sikap dovish oleh Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa, yang baru-baru ini menyatakan dukungan untuk tingkat yang lebih rendah untuk periode yang lebih lama untuk mendukung ekonomi global.
Pergerakan geopolitik baru-baru ini, terutama pemilihan di AS, telah mendorong dolar AS lebih rendah dimana pada perdagangan GBPUSD, Poundsterling mampu melonjak semalam, tetapi lebih lemah dalam transaksi di hari Jumat. Indeks Dolar AS turun 0,2% pada 97,181 sehingga membuat harga emas berjangka bisa naik. Sementara itu, obligasi, yang dapat bersaing dengan emas untuk pembeli, mengalami penurunan imbal hasil di tengah beberapa keraguan tentang rincian China-AS. Imbal hasil obligasi dengan tenor 10 tahun berada di 1,8218%.
Bursa saham A.S memberikan sedikit panduan untuk emas sebagai aset save haven, dengan indek saham berakhir dengan beragam setelah berita kemajuan pada kesepakatan perdagangan. (WK)