JAVAFX – Berita komoditas di hari Senin(25/9/2017), harga Brent di $57 perbarel, sedangkan minyak WTI masih tertahan sejenak kenaikannya alias melemah sebagai dampak evaluasi OPEC di akhir pekan lalu tanpa ada hasil yang bisa mengejutkan pasar.
Hari ini harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Oktober di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,12 atau 0,24% di level $50,54 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak November di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,24 atau 0,42% di harga $57,10 per barel. Ini sebagai aksi ambil untung sesaatnya.
Hasil dari pertemuan OPEC dengan produsen minyak non-OPEC yang ikut serta dalam komitmen pemangkasan produksi minyak 2% dunia, sepakat belum ada pembicaraan tentang perpanjangan waktu komitmen tersebut, dan masih sampai akhir kuartal pertama tahun depan. Evaluasi kembali akan dilakukan 29 November.
Namun pernyataan Menteri Energi Rusia, Alexander Novak, bahwa beberapa negara sepertinya ingin agar komitmen yang bisa diperpanjang melihat pertemuan evaluasi di Januari tahun depan nanti, apakah memang hingga akhir Maret saja ataukah bisa diperpanjang hingga akhir tahun depan.
Beberapa negara juga ada yang memperkirakan sebelum Januari jadwal perpanjangan waktu sudah bisa ditentukan. Pasar sebetulnya mencatat sejak OPEC dan 11 negara produsen lainnya memangkas produksi minyak 1,8 juta barel perhari di tahun ini, dalam 3 bulan terakhir harga minyak telah naik 15%.
Dalam rapat evaluasi tersebut dinyatakan pula tingkat kepatuhan terhadap komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel perhari tersebut mengalami peningkatan dari 94% di Juli menjadi 116% di Agustus, menandakan bahwa sebagian besar peserta sudah berkomitmen lebih dalam.
Harga minyak yang menguat di akhir pekan lalu juga didukung oleh laporan Baker Hughes bahwa jumlah rig atau kilang minyak AS yang dihentikan operasinya sebanyak 5 rig sehingga menjadi total 744 rig saja yang aktif. Penutupan ini merupakan minggu ke 5, dan menandakan juga faktor badai rupanya masih mempengaruhi aktivitas eksplorasi minyak mentah di AS.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch
Sumber gambar: CNN Indonesia