JAVAFX – Pada perdagangan mata uang utama Dolar AS terpantau melemah terhadap yen Jepang (USD/JPY) dan euro (EUR/USD) pada hari Jumat (6/3) pagi karena penurunan imbal hasil obligasi AS ke rekor terendah menghapus daya tarik mata uang terbesar bagi investor mengingat suku bunga yang lebih tinggi.
Seperti yang dilansir dari laman Reuters, ketakutan yang meningkat atas dampak dari virus Covid-19 telah mendorong harapan perubahan besar terhadap tingkat suku bunga AS karena pasar memprediksikan Federal Reserve akan kembali memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin untuk kedua kalinya dalam bulan ini.
The Fed menegaskan kembali akan memantau perkembangan dan implikasinya untuk prospek ekonomi dan akan menggunakan alat-alatnya dan bertindak sesuai untuk mendukung ekonomi.
Federal Reserve menurunkan kisaran target untuk dana federal atau suku bunga acuan sebesar 50bps menjadi 1.00-1.25% dalam langkah darurat yang diambil pada Selasa 3 Maret. Fed mengatakan virus corona menimbulkan resiko yang berevolusi terhadap kegiatan ekonomi.
Ini adalah pemangkasan suku bunga tingkat darurat pertama sejak krisis keuangan pada 2008 yang lalu meskipun pasar sudah menetapkan potongan 50bps atau 75bps dalam pertemuan FOMC 18 Maret nanti. Langkah ini mengikuti pengumuman negara G7 yang dibuat sebelumnya pada hari dimana pembuat kebijakan menegaskan kembali komitmen mereka untuk mencapai pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan, meskipun gagal memberikan tindakan spesifik.
Kelompok negara yang tergabung dalam G7 saat ini sedang menyusun pernyataan tentang bagaimana mereka berencana untuk melunakkan pukulan ekonomi global sebagai dampak dari virus corona dan mengoordinasikan penurunan suku bunga bank sentral.
Penurunan imbal hasil obligasi AS menandai berkurangnya minat terhadap strategi trading forex yang paling populer secara global, pinjaman dengan suku bunga negatif dalam euro dan yen untuk membeli aset AS.
Pasangan USD terpilih seperti EUR/USD berbalik karena perubahan dramatis dan menentukan ekspektasi tingkat suku bunga AS dan selisih terkait. USD telah kehilangan satu-satunya sumber terpenting dari over-valuasinya, ini bisa mengakhiri tren naik dolar yang telah berlangsung sejak pertengahan 2018.
Mata uang tunggal naik menjadi $1,1226 pada Jumat pagi setelah melonjak 0,9%.
Yen, euro dan franc Swiss didukung negara-negara yang memiliki surplus eksternal yang kuat, sementara Jepang memiliki keuntungan tambahan sebagai negara kreditor terbesar di dunia.