Greenback Mulai Memanas, Emas Short-sell Lagi

0
183

JAVAFX – Greenback mulai memanas, emas short-sell lagi pada perdagangan siang hingga sore hari ini di mana investor masih melihat akan redanya ketegangan geopolitik di Korea Utara dan kenaikan suku bunga the Fed yang masih bisa agresif, telah berhasil membuat emas masih enggan dikoleksi investor pada siang ini.

Hal ini membuat harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex sementara melemah $2,60 atau 0,20% di level $1320,80 per troy ounce. Harga perak untuk sementara melemah juga sebagai bagian aksi short-sell yang berlanjut sejak semalam.

Akhir pekan lalu, harga emas sempat menguat sedikit dengan alasan yield obligasi AS mengalami koreksi yang kemudian diikuti oleh koreksinya pasar saham Wall Street. Namun kali ini berbalik lagi setelah sebuah berita merger perusahaan ritel AS membuat pasar saham Asia dan Eropa bergerak dinamis menyeret emas ke lembah jual lagi.

Sebelumnya di pekan lalu, harga emas terus melemah seiring dengan melejitnya yield dari bond AS yang bertengger di atas level 3%, yang merupakan level psikologis bagi investor yang merupakan pertanda bahwa suku bunga the Fed harus naik lagi karena kinerja ekonomi AS sedang panas-panasnya. Selain itu, naiknya yield dari bond AS ini juga merupakan isyarat bahwa ekonomi AS lebih mantap dari pada ekonomi negara-negara maju lainnya.

Pekan lalu, deklarasi damai pasca pertemuan duo Korea, yaitu Presiden Kim Jong-un dengan Presiden Moon Jae-in, membuat emas makin tidak menarik bagi investor, karena mereka berdua sudah sepakat akan segera mengakhiri konflik yang membuat mereka berpisah sejak 1950an tersebut. Hal ini tentu tidak bagus buat emas sebagai aset pengaman ketika sebuah konflik keamanan terjadi.

Tekanan harga emas juga berlanjut ketika BoJ dan CB tidak merubah kebijakan moneternya, dan data PDB zona euro serta PDB Inggris mengalami pelemahan di periode kali ini, sehingga dolar AS tentunya masih menekan disaat PDB di AS masih di atas perkiraan pasar.

Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Kitco, Bloomberg, BBC
Sumber gambar: Reuters