JAVAFX – GOLD turun kembali dari level tertinggi 10 bulan dalam perdagangan di hari Kamis. Ia menderita penurunan terbesar dalam satu hari sejak Agustus silam.
Risalah FOMC The Federal Reserve yang dirilis sebelumnya, dituding sebagai biang keladi penurunan ini. Pasalnya, pernyataan sejumlah pihak dikatakan kurang lembek sebagaimana yang diharapkan. Alih-alih bernada dovish, sejumlah pernyataan bahkan dianggap terlalu hawkish. Sinyal bahwa The Fed memungkinkan untuk menaikkan kembali suku bunga jika inflasi mencapai atau lebih tinggi dari target mereka, menguncang pasar emas.
Pernyataan ini tentu tidak akan sehebat itu jika tidak diikuti dengan tekanan dari penguatan Dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi AS pula. Tak ayal, harga logam merosot dengan tekanan ganda ini.
Pun demikian, pasar sebetulnya sudah mengantisipasi keruntuhan harga ini. Secara teknis, paska penguatan tajam sebelumnya, pelaku pasar hanya membutuhkan sebuah momentum yang dianggap bisa memicu kejatuhan harga.
Secara teknis, dengan posisi GOLD yang secara Indeks kekuatan relatif (RSI) harian telah mencapai angka 77,22 pada hari Rabu di dalam grafik harian untuk kontrak berjangka bulan depan, ini merupakan level tertinggi dalam sekitar satu tahun. Indek RSI digunakan sebagai ukuran kondisi pasar overbought atau oversold. Jika kondisi jenuh, maka pelaku pasar biasanya akan membalik arah perdagangan.
GOLD untuk pengiriman April di bursa Comex turun $ 20,10, atau 1,5%, berakhir di $ 1,327.80 per ounce. Hasil perdagangan ini merupakan penurunan harga terbesar dalam satu hari yang diderita emas termasuk juga secara persentase kerugiannya, untuk kontrak paling aktif sejak 13 Agustus.
Sehari sebelumnya, GOLD mampu membukukan harga penutupan dalam posisi termahal sejak 19 April tahun lalu. Sayangnya, kenaikan ini langsung mundur setelah bel perdagangan elektronik. Risalah pertemuan Bank Sentral AS pada bulan Januari yang diumumkan kemudian, menjadi awal koreksi besar harga emas. Dalam risalah tersebut, dikatakan bahwa beberapa pejabat The Fed melihat perlunya kenaikan suku bunga lebih banyak jika ekonomi berkembang seperti yang diharapkan. Ada juga sangkalan dari pihak yang berseberangan bahwa kenaikan suku bunga akan diperlukan hanya jika inflasi melebihi perkiraan.
Meskipun terjadi perpecahan, namun tetap saja risalah tersebut menjadi pendorong utama aksi jual investor. Nampaknya memang pelaku pasar sudah menunggu momentum untuk melepas emas mereka. Sedikit pernyataan yang bersifat hawkish dalam menit-menit itu sebagai sinyal dari aksi jual kemudian. Apalagi kemudian Dolar dan imbal hasil obligasi turun meningkat tajam. Emas akhirnya meluruh mendekati akhir pekan ini.
Disadari bahwa reli harga emas sebelumnya dianggap terlalu jauh dan terlalu cepat dalam mengantisipasi perubahan sikap The Fed yang lebih dovish di awal tahun ini. Kondisi yang demikian ini membawa konsekuensi kejenuhan beli disaat harga melewati $ 1.300. Dengan tidak adanya dukungan lain, seperti pelemahan Dolar AS atau imbal hasil obligasi yang tertekan, emas tentu akan sulit menguat. Indek Dolar AS naik 0,2%.
Para Investor juga terus mengawasi pembicaraan perdagangan AS-China menyusul laporan bahwa perundingan telah mulai menjabarkan kesepakatan yang dapat membantu menyelesaikan pertengkaran yang sudah berjalan lama.
Sementara itu, data ekonomi bervariasi pada hari Kamis, dengan klaim pengangguran, ukuran kasar PHK, turun 23.000 menjadi 216.000 yang disesuaikan secara musiman dalam tujuh hari yang berakhir 16 Februari, kata pemerintah, sementara pesanan keseluruhan untuk barang tahan lama – produk dimaksudkan untuk terakhir setidaknya tiga tahun – naik 1,2% yang disesuaikan secara musiman pada bulan Desember dari bulan sebelumnya, kata Departemen Perdagangan.
Mungkin yang paling menarik perhatian adalah kelemahan nyata di bidang manufaktur, dengan pembacaan kinerja area Philadelphia, yang dikenal sebagai indeks Philly Fed, pada bulan Februari turun tajam ke wilayah negatif. (WK)