JAVAFX – Berita minyak di hari Senin(26/2/2018), gempa di Papua Nugini bikin harga minyak masih naik pada perdagangan siang hingga sore hari ini dimana unsur aksi beli kembali muncul sejak tadi pagi setelah dolar AS juga mengalami pelemahannya yang terbantu oleh pelemahan kembali imbal hasil obligasi AS di hari ini.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak April di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,08 atau 0,33% di level $63,63 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak April di pasar ICE Futures London sementara sedang menguat $0,03 atau 0,04% di harga $67,28 per barel.
Papua Nugini yang merupakan negara penghasil minyak dan gas dunia, tadi pagi dikabarkan mengalami gempa yang dahsyat sehingga beberapa produsen minyak disana sedang berinisiatif untuk menutup sebagian besar kilang minyak dan gasnya karena khawatir terjadi kebocoran. Belum ditentukan kapan kembali kilang-kilang tersebut di buka kembali, namun yang pasti pasokan minyak dunia akan terbatas.
Pelemahan dolar AS terjadi di perdagangan hari ini setelah investor melakukan aksi ambil untungnya di pasar ekuitas AS jelang penutupan perdagangan bulanan dan juga khawatir nada testimoni Powell keluarnya dovish. Pelemahan dolar AS itu berarti impor minyak dunia akan terlihat lebih murah sisi belinya sebagai konsekuensi bersamaan dengan turunnya nilai dolar AS, sehingga investor minyak langsung tancap gas melakukan pembelian minyaknya secara besar.
Membaiknya harga minyak tidak terganggu dengan laporan Baker Hughes bahwa jumlah rig AS bertambah 1 yang aktif sehingga total menjadi 799 rig yang aktif, jumlah tertinggi sejak 2 April 2015. Namun penambahan hanya 1 tersebut menandakan bahwa produksi minyak AS kenaikannya tidak akan signifikan karena jarak harga antara WTI dan Brent atau biasa dikenal dengan sebutan disparitas harga WTI dan Brent makin menipis, sekitar $4 per barel, turun dari $7 per barel ke atas pada akhir tahun 2017 lalu. Seperti kita ketahui bahwa kondisi disparitas harga yang melebar biasanya akan membawa dampak produksi minyak serpih AS akan meningkat tajam. Biasanya disparitas di atas angka $5 per barel membuat produksi minyak AS akan meningkat tajam.
Menteri Minyak Arab Saudi, Khalid al-Falih menyatakan bahwa pertumbuhan antara pasokan minyak dunia akan segera diimbangi dengan naiknya permintaannya karena pertumbuhan ekonomi global yang juga sedang melaju, sehingga dalam tahun ini keseimbangan pasar minyak dunia akan segera tercapai dan bahkan bisa mengalami defiisit di akhir tahun, sehingga tahun depan upaya terhadap oembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph juga sudah bisa dikurangi.
Rasa optimis al-Falih dinyatakannya dengan harapan bahwa OPEC dan Rusia tetap berpegang teguh untuk menjaga komitmen pembatasan produksi minyaknya 1,8 juta bph hingga akhir tahun, sehingga dirinya tidak terlalu risau dengan melonjaknya produksi minyak serpih AS. Arab Saudi di bulan depan sudah berkomitmen untuk menurunkan ekspor minyaknya di bawah 7 juta bph.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC