JAVAFX – Pasar emas tampaknya menjadi nyaman di sekitar harga $ 1.900 sambil menunggu hasil resmi pemilu AS yang sebentar lagi akan didapatkan hasilnya. Disisi lain, melihat prospek menyusut dari “gelombang biru” yang menyapu Washington dan melepaskan pengeluaran stimulus yang signifikan, nampaknya emas masih akan menjadi tumpuan bagi perlindungan asset.
Meskipun ada risiko jangka pendek terhadap harga emas, logam mulia tersebut tidak perlu diragukan lagi akan menjadi investasi yang menarik terkait dengangerakan Demokrat di Capitol Hill dan Gedung Putih. Emas tetap diyakini untuk kembali ke rekor harga tertingginya dalam jangka menengah dan panjang.
Memang sebuah ‘gelombang biru’ akan memberikan tingkat kepastian untuk kenaikan harga, tetapi apa yang saat ini terlihat tidak akan mengurangi prospek jangka panjang emas. Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Desember terakhir diperdagangkan pada $ 1918 per troy ons, dengan indikasi kenaikan yang nyata pada sisa perdagangan hari ini.
Hasil pemilihan umum secara resmi memang bisa diresmikan dalam jangka pendek ini dan akan memakan waktu berhari-hari, pun demikian jajak pendapat menunjukkan bahwa Demokrat akan mempertahankan kendali DPR, Partai Republik akan terus memegang Senat, dan Joe Biden diharapkan menjadi Presiden berikutnya.
Dengan peta politik yang demikian, kita bisa mengharapkan kemacetan, dan itu berarti ketidakpastian terus berlanjut. Hal itu bagus untuk emas. Meskipun pemerintah AS menghadapi kemacetan selama bertahun-tahun, namun ada harapan lebih banyak stimulus pada akhirnya akan datang. Mengingat ekonomi AS terus merasakan dampak pandemi COVID-19 yang menghancurkan.
Kondisi yang demikian ini jelas membutuhkan banyak bantuan tambahan untuk ekonomi. Politisi harus mencapai semacam kesepakatan tentang semacam paket. Sejauh ini memang belum ada kepastian seberapa besar paket stimulus itu, tetapi paket apa pun akan menyebabkan depresiasi dolar, peningkatan defisit, dan kenaikan inflasi. Ini semua adalah skenario yang menguntungkan untuk emas. Lantas apakah stimulus akan datang tepat waktu dan apakah itu akan cukup besar untuk memberikan dukungan bagi ekonomi yang terkepung.
Ada potensi kemacetan dalam pemerintahan AS yang bisa menimbulkan risiko resesi lainnya. Kemungkinan yang sangat nyata adalah melihat resesi double-dip, dan itu bahkan mungkin akan menonjolkan beberapa aksi beli atas emas sebagai safe-haven.
Melihat pasar emas saat ini, dimana pemilihan AS yang hampir selesai, ada cukup ketidakpastian dan gejolak global untuk mempertahankan harga emas sekitar $ 1.900 per ounce. Disisi lain ada juga risiko dalam waktu dekat dimana harga emas bisa menguji support di sekitar $ 1.850.
Secara fundamental, emas dalam jangka panjang tetap mempertahankan kenaikanny. Jika harga emas tidak mencapai $ 2.000 pada akhir tahun, target itu akan tercapai dalam enam hingga 12 bulan ke depan. Hal itu bisa terjadi dimana harga emas mungkin akan terjebak dalam pola konsolidasi, tetapi sekarang adalah waktu yang tepat untuk membangun posisi di logam mulia.
Terlepas dari hasil pemilu, ada faktor yang membuat memegang emas menjadi kebutuhan. Setidaknya wabah COVID-19 akan terus menyebar tanpa henti ke seluruh AS, menghancurkan ekonomi. Pada saat yang sama, tekanan inflasi terus meningkat karena stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya membasuh pasar keuangan. Dengan proyeksi kondisi yang demikian, untuk menjamin asset atas inflasi, emas adalah pilihan yang tepat.
Kondisi emas bisa dikatakan sudah matang untuk melakukan reli. Secara teknis, harga emas bisa memiliki lebih banyak ruang untuk dijalankan, dan itu pasti cocok dengan latar belakang saat ini. Harga emas berada dalam tren naik jangka panjang selama pasar dapat menahan harga support $ 1.870 per ounce yang merupakan harga termurah dibulan September. Ada peluang harga emas terdorong ke level tertinggi baru sepanjang masa di sekitar $ 2.153, jika itu dapat menghapus resistensi awal di sekitar $ 1.910 dan $ 1.920. Lebih-lebih jika logam mulia masih bertahan di atas harga 1800 sebagai harga median.