Gejolak politik memanas di Inggris hingga kabar terbaru menyebutkan bahwa PM Inggris, Boris Johnson akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif pada hari Kamis tetapi berniat untuk tetap sebagai Perdana Menteri sampai musim gugur. “Perlombaan kepemimpinan Konservatif akan berlangsung musim panas ini dan Perdana Menteri baru akan berada di tempat pada waktu konferensi partai Tory pada bulan Oktober,” kata editor politik BBC Chris Mason.
Posisi Johnson sebagai Perdana Menteri menjadi semakin putus asa karena lusinan menteri pemerintah, termasuk kepala Departemen Keuangan Rishi Sunak dan Menteri Kesehatan Sajid Javid, telah mengundurkan diri sebagai protes atas kurangnya integritas Johnson dan arah kebijakan yang membingungkan. Jerami terakhir tampaknya telah datang ketika Nadhim Zadawi, orang yang dipilih Johnson untuk menggantikan Sunak sebagai Menteri Keuangan hanya 24 jam sebelumnya, memintanya untuk mengundurkan diri pada Kamis pagi.
Pemerintahan Inggris nyaris bubar setelah 53 menteri dan pejabat negara kompak mengajukan pengunduran diri. Hal ini terjadi karena Johnson yang tetap memilih seorang terduga pelaku pelecehan seksual Chris Pincher sebagai Deputy Chief Whip, yang mengatur kontribusi partai di Parlemen. Sebelumnya Johnson juga menghadapi mosi tidak percaya di Parlemen atas kasus ‘Partygate’ yang menimpanya, yaitu kejadian melakukan acara pesta disaat lockdown pandemic tahun lalu.
Gejolak politik yang terjadi ditambah adanya kekhawatiran resesi di Kawasan Eropa tampaknya bakal Kembali memukul poundsterling. Pound hari Kamis memang bergerak naik, terlihat rebound dari level terendah sebelumnya, tetapi rawan Kembali terpeleset.
Benchmark hasil obligasi pemerintah Inggris naik, di tengah spekulasi bahwa siapa pun yang menggantikan Johnson sebagai Perdana Menteri akan berusaha untuk memotong pajak dalam upaya untuk menopang peringkat popularitas partai. Ini telah anjlok ketika Johnson tersandung dari satu skandal ke skandal lainnya dalam beberapa bulan terakhir, yang berpuncak pada kerugian terbesar yang pernah dialami oleh partai petahana pada pemilihan sela paruh waktu bulan lalu. Indeks saham acuan Inggris naik, tetapi berkinerja buruk di bawah kenaikan yang lebih besar di benua Eropa.