Gedung Putih, pada Kamis (22/12), mengatakan Wagner Group, sebuah perusahaan militer swasta Rusia, telah menerima kiriman senjata dari Korea Utara untuk membantu meningkatkan pasukannya saat perang bersama pasukan Rusia di Ukraina.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pejabat-pejabat intelijen Amerika Serikat memastikan bahwa bulan lalu Korea Utara melakukan pengiriman senjata awal yang mencakup roket dan rudal.
“Kami menilai jumlah material yang dikirim kepada Wagner tidak akan mengubah dinamika medan perang di Ukraina.
Tetapi kami tentu khawatir Korea Utara berencana mengirim lebih banyak peralatan militer.” Gedung Putih telah menyampaikan kekhawatiran tentang meningkatnya keterlibatan Wagner dalam perang karena kelompok tersebut sudah sejak lama aktif di wilayah timur Donbas.
Kirby mengatakan dalam kasus-kasus tertentu, para pejabat militer Rusia bahkan berada “di bawah komando Wagner.” Kirby menambahkan Amerika Serikat menilai Wagner memiliki sekitar 50.000 personel yang bertempur di Ukraina, termasuk 10.000 kontraktor dan 40.000 narapidana yang direkrut perusahaan itu dari penjara.
Amerika Serikat menilai Wagner, perusahaan milik sekutu Putin, Yevgeny Prigozhin, menghabiskan sekitar $100 juta per bulan untuk pertempuran itu, kata Kirby.
Tentara bayaran Wagner Group ini juga telah dituduh oleh negara-negara Barat dan pakar PBB melakukan berbagai pelanggaran HAM di berbagai negara di Afrika, termasuk di Republik Afrika Tengah, Libya dan Mali.
Awal bulan ini Menteri Luar Negeri Antony Blinken menetapkan Wagner Group sebagai “entitas yang menjadi perhatian khusus” karena aktivitasnya di Republik Afrika Tengah.
Wagner Group telah dikenai sanksi AS sejak tahun 2017.
Departemen Perdagangan Amerika Serikat, pada Rabu (21/12), meluncurkan pembatasan ekspor baru yang menarget Wagner Group dalam upayanya untuk lebih membatasi akses kelompok tersebut pada teknologi dan pasokan.
Gedung Putih telah berulangkali berupaya menyoroti temuan intelijen yang menunjukkan bahwa Rusia memiliki pilihan terbatas untuk membantu memasok senjata.
Rusia kini sedang berjuang mempertahankan pasokan senjata yang stabil dalam perang di Ukraina dan terjepit oleh sanksi-sanksi yang membatasi akses pada komponen utama untuk membuat senjata.
Rusia juga telah beralih ke Iran untuk menyediakan pesawat nirawak guna melawan Ukraina.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah menyampaikan keprihatinan bahwa Rusia mungkin berusaha memperoleh senjata konvensional canggih tambahan dari Iran.
Gedung Putih sebelumnya mengatakan Rusia mengharapkan bantuan Korea Utara untuk menyediakan artileri bagi negara itu.