JAVAFX – Perdagangan komoditas minyak akhir-akhir ini cukup fluktuatif. Pergerakan harga mengalami peningkatan risiko dari sisi penawaran secara simultan dan ada kekhawatiran investor terhadap permintaan.
Para pialang juga menilai bahwasanya ekspor minyak Iran telah jatuh karena sanksi AS disaat produksi minyak Venezuela masih padam, hal ini tentu akan mengurangi pasokan minyak mentah dunia.
Sayangnya, sentiment yang bisa menjadi pendorong positif bagi harga minyak mentah untuk naik tersebut akan tertahan. Kabar dari Rusia menyatakan bahwa produksi minyak mentah mereka pulih setelah terkontaminasi dan mempengaruhi jalur pipa Druzhba. Kenaikan produksi ini akan sedikit meredakan kekhawatiran pasokan, sehingga berpotensi membyat harga minyak mentah masih akan melemah, jika segala sesuatunya tetap sama.
Bahkan, ada pemikiran bahwa harga minyak mentah telah mencapai posisi tertingginya di tahun ini. Hal ini membuka wacana akan koreksi harga minyak mentah disisa perdagangan tahun ini. Peluang mengalami penurunan harga membesar. Terlebih bila melihat pola permintaan minyak mentah yang buram disaat meningkatnya pasokan AS dan volatilitas pasar saham.
Apabila melihat korelasi pergerakan harga minyak mentah WTI dengan Indek S&P 500 selama 20 minggu, terlihat bahwa harga mendekati level tertinggi dalam sejarah. Ini semakin memperkuat pertimbangan harga akan mengalami penurunan. Dalam catatan di The Wall street Journal, tidak ada gangguan pasokan Timur Tengah yang signifikan, sehingga kami bisa melihat harga minyak melangkah menuju $ 50 untuk WTI.
Kedepannya, akan dilangsungkan pertemuan para anggota dan beberapa non anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), para analis telah menunjukkan bahwa meskipun Arab Saudi mengatakan mereka tidak akan meningkatkan produksi, namun sejumlah laporan yang keluar sebelum pertemuan itu meninggalkan beberapa pertanyaan terbuka. Baru-baru ini, ada spekulasi, meskipun tidak ada konfirmasi, bahwa OPEC akan memutuskan untuk mengubah tanggal pertemuan berikutnya menjadi minggu pertama Juli dari 25-26 Juni. Perjanjian output-cut berakhir pada akhir Juni.
Sementara itu, di sisi permintaan, data yang masuk dari negara konsumen minyak utama adalah kecil. Ini menunjukkan permintaan minyak mentah melunak. Sejalan dengan penurunan nilai tukar mata uang dari sejumlah negara berkembang , yang merupakan konsumen minyak termasuk didalamnya Yuan China, yang membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk dibeli di negara-negara tersebut.
Dengan latar belakang demikian, sejumlah sentiment saling bertentangan, tetapi secara keseluruhan itu tidak sehat. Harga minyak mentah masih bisa turun dari waktu ke waktu dalam waktu dekat. (WK)