FBI Peringatkan tentang Pencurian Teknologi AI AS oleh China

0
69

China mencuri teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan Amerika Serikat (AS) untuk meningkatkan aspirasinya sendiri serta untuk melancarkan operasi pengaruh asing, kata para pejabat senior Biro Penyelidik Federal AS (Federal Bureau of Investigation/FBI), Jumat (28/7).

Para pejabat tersebut mengatakan China dan musuh-musuh AS lainnya menargetkan bisnis, universitas, dan fasilitas penelitian pemerintah AS untuk mendapatkan penelitian dan produk AI mutakhir.

“Negara-negara musuh AS, khususnya China, menimbulkan ancaman signifikan bagi perusahaan Amerika dan keamanan nasional dengan mencuri teknologi dan data AI kami untuk memajukan program AI mereka sendiri dan mengaktifkan kampanye pengaruh asing,” kata seorang pejabat senior FBI selama pengarahan (briefing) dengan para wartawan.

China memiliki rencana nasional untuk melampaui AS sebagai kekuatan AI teratas dunia pada 2030, tetapi pejabat AS mengatakan sebagian besar kemajuannya didasarkan pada teknologi yang dicuri atau diperoleh dari AS.

“Apa yang kami lihat adalah upaya di berbagai vektor, di berbagai industri, di berbagai jalan untuk mencoba meminta dan memperoleh teknologi AS … untuk dapat membuat ulang dan mengembangkan serta memajukan program AI mereka,” kata pejabat senior FBI.

Pengarahan oleh para pejabat itu bertujuan untuk memberikan pandangan FBI tentang lanskap ancaman, bukan untuk bereaksi terhadap peristiwa baru-baru ini, kata para pejabat.

Direktur FBI Christopher Wray memberikan peringatan tentang niat AI China pada pertemuan keamanan siber di Atlanta, Rabu (26/7).

Dia memperingatkan bahwa setelah “bertahun-tahun mencuri inovasi kami dan kumpulan data yang sangat besar,” orang China berada di posisi yang tepat “untuk menggunakan hasil peretasan mereka yang tersebar luas, dengan AI, bahkan upaya peretasan yang lebih kuat.” China telah membantah tuduhan AS itu.

Para pejabat senior FBI mengatakan bahwa sementara FBI tetap memberikan perhatian khusus pada akuisisi asing atas teknologi dan bakat AI AS, ada kekhawatiran tentang ancaman di masa depan dari musuh asing yang mengeksploitasi teknologi itu.

“Namun, jika dan ketika teknologi diperoleh, kemampuan mereka untuk menyebarkannya dalam contoh seperti (campur tangan dalam Pilpres AS 2024) adalah sesuatu yang kami khawatirkan dan pantau dengan cermat.” Dengan lonjakan penggunaan AI baru-baru ini, pemerintah AS bergulat dengan manfaat dan risikonya.

Pada KTT Gedung Putih awal bulan ini, eksekutif puncak AI setuju perlunya melembagakan pedoman untuk memastikan teknologi ini bisa dikembangkan dengan aman.

Bahkan ketika teknologi berkembang, penjahat dunia maya secara aktif menggunakan AI dalam berbagai cara, mulai dari membuat kode berbahaya hingga membuat email phishing yang meyakinkan dan melakukan perdagangan sekuritas orang dalam, kata para pejabat.

“Sebagian besar kasus-kasus yang kami lihat sekarang dan sebagian besar ruang lingkup aktivitasnya adalah penggunaan aktor kriminal dan penyebaran model AI sebagai kelanjutan dari skema kriminal tradisional mereka,” kata pejabat senior FBI tersebut.

FBI juga memperingatkan bahwa ekstremis kekerasan dan aktor teroris tradisional sedang bereksperimen dengan penggunaan berbagai alat AI untuk membuat bahan peledak, katanya.

“Beberapa telah memposting informasi tentang keterlibatan mereka dengan model AI dan keberhasilan mereka mengalahkan langkah-langkah keamanan dalam banyak kasus atau dalam sejumlah kasus,” katanya.

FBI telah mengamati berbagai situs web palsu yang dibuat oleh AI dengan jutaan pengikut yang membawa malware untuk mengelabui para pengguna yang tidak waspada, katanya.

FBI sedang menyelidiki situs-situs web tersebut.

Wray mengutip kasus baru-baru ini di mana pengguna Dark Net membuat kode-kode berbahaya menggunakan ChatGPT.

Pengguna tersebut “kemudian menginstruksikan penjahat dunia maya lain tentang cara menggunakannya untuk membuat ulang jenis dan teknik malware berdasarkan varian umum,” kata Wray.

“Dan itu benar-benar hanya bagian dari puncak gunung es,” katanya.

“Kami menilai bahwa (teknologi) AI akan memungkinkan pelaku ancaman untuk mengembangkan kemampuan yang semakin kuat, canggih, dapat disesuaikan, dan dapat diskalakan — dan tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk melakukannya.”