JAVAFX – Berita forex di hari Kamis(21/12/2017), euro sedikit alamai tekanan oleh dari greenback pada perdagangan awal pekan hari ini setelah investor melihat keberhasilan Trump dalam meloloskan pajak barunya sehingga ini bisa membuka jalan bagi penguatan dolar AS atau greenback tersebut.
Secara umum dolar AS kali ini bergerak menekan ke mata uang dunia khususnya euro dan mata uang Asia yang terjadi sejak tadi pagi dan sejauh ini EURUSD untuk sementara sedang berada di level 1.1867 dimana pada penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 1.1872. USDJPY untuk sementara berada di level 112,65 dimana pada penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 113,43. Untuk AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7659 dibanding penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 0,7665.
Secara garis besar memang dolar AS masih bertahan dari tekanan mata uang utama Uni Eropa tersebut setelah suku bunga the Fed naik pekan lalu dan masih terlihat nyaman untuk tetap berada di jalur kenaikan suku bunga yang normal di tahun mendatang dengan dukungan yang cukup besar dari fundamental ekonomi serta lolosnya UU pajak yang sangat mendukung kenaikan suku bunga the Fed.
Faktor reformasi pajak memang sedang menjadi perhatian utama pekan ini setelah terjadi tarik-ulur atas lolos tidaknya UU pajak AS tersebut. Situasi tersebut telah dipastikan tadi pagi dimana setelah Senat melakukan revisi, giliran House memberikan persetujuannya agar reformasi pajak untuk segera dijalankan Trump.
Tentu investor kembali melirik reformasi fiskal yang kontroversial tersebut karena dolar AS masih menjadi perburuan investor mengingat reformasi pajak dipercaya bisa meningkatkan kinerja ekonomi AS dengan signifikan sehingga kenaikan suku bunga the Fed bisa lebih dari 3 kali di 2018 nanti.
Namun sayang terjadi kondisi pro dan kontra terhadap UU pajak tersebut. Sisi pro memang ada situasi peningkatan kinerja ekonomi. Tetapi sisi kontra terhadap pajak baru tersebut bisa menimbulkan gelembung defisit anggaran oemerintah sehingga ancaman penutupan jalannya pemerintahan AS akan semakin sering terjadi. Selain itu melebarnya defisit neraca juga membebani kemampuan negara dalam menghadapi kondisi darurat seperti contohnya ketika ada bencana resesi ekonomi maka kemampuan negara untuk menanggulanginya akan riskan dalam menghindari ancaman kebangkrutan.
Selain itu, pasar sebetulnya masih tidak gembira dengan keputusan Mario Draghi di pekan lalu ketika ECB tidak merubah kebijakan suku bunganya dan tetap mempertahankan paket stimulus ekonominya hingga September 2018 nanti. Pasar juga kecewa ketika Draghi juga menyebutkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Eropa masih lamban dan masalah inflasi yang masih rendah membuat ECB mempertahankan kebijakan tersebut.
Sumber Berita: Reuters, Bloomberg, Investing, Javafx, Forexfactory, Dailyfx
Sumber gambar: Daily News