Erdogan Tuntut Biden Tarik Pernyataan Genosida Armenia

0
71

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin (26/4), menuntut Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menarik kembali pernyatannya yang menyebut pembantaian masal di era Perang Dunia pertama terhadap ratusan ribu warga Armenia semasa Kekaisaran Ottoman sebagai sebuah genosida.

Dalam komentarnya yang pertama sejak pernyataan Biden pada Sabtu (24/4), Erdogan mengatakan, pemimpin AS itu membuat “komentar yang tidak berdasar, tidak adil, dan tidak benar tentang peristiwa menyedihkan yang terjadi di dunia ini lebih dari satu abad yang lalu.” Erdogan mengatakan, dia berharap Biden “akan melangkah mundur dari tindakannya yang salah sesegera mungkin.” Pemimpin Turki itu juga menasihati Biden agar “berkaca diri” dan melihat pembantaian warga pribumi Amerika oleh pendatang dari Eropa ketika AS mengembangkan kawasan barat negaranya pada abad ke 19.

“Sementara semua kebenaran ini ada di sana, Anda tidak bisa memusatkan tuduhan genosida pada rakyat Turki,” demikian kata Erdogan.

Erdogan mengatakan pernyataan dari Biden itu membuka sebuah “luka yang dalam” hubungan dengan AS, salah satu sekutu NATO, pada saat hubungan AS dan Turki sudah terganggu.

AS memberlakukan sanksi ketika Turki membeli sistem pertahanan udara Rusia meskipun ada protes dari AS dan sekutu-sekutu di NATO.

Namun, pemimpin Turki itu mengatakan, dia berharap bisa “membuka pintu untuk sebuah tahap baru” dalam hubungan dengan AS, dan membahas semua pertikaian dengan Biden pada KTT NATO pada Juni.

“Kita kini perlu mengenyampingkan ketidaksepakatan kita dan meninjau langkah-langkah apa yang bisa kita ambil dari sekarang, kalau tidak maka kita tidak punya pilihan tetapi melakukan hal-hal yang dituntut akibat jatuhnya hubungan kita pada 24 April,” katanya.

Sabtu (24/4) sore, Turki memanggil Duta Besar AS untuk Ankara, David Satterfield, dan mengajukan protes atas deklarasi Biden itu.

Presiden Biden adalah presiden AS pertama yang mendeklarasikan kematian sekitar 1,5 uta warga Armenia oleh Kekaisaran Ottoman, pendahulu dari negara Turki yang modern, sebagai sebuah genosida.

Warga Armendia mengatakan, mereka waktu itu secara khusus disasarkan untuk dilenyapkan dari muka bumi lewat kelaparan, tenaga kerja paksa, deportasi, serta pembantaian.

Turki membantah melakukan genosida atau sebuah rencana untuk melenyapkan bangsa Armenia.

Katanya, banyak dari para korban dibunuh oleh Rusia.

Turki juga mengatakan, jumlah warga Armenia yang dibunuh jauh lebih sedikit dari angka resmi sebesar 1,5 juta.