Episode Negatif Harga Minyak Berlanjut

0
112

JAVAFX – Episode negatif harga minyak berlanjut di akhir pekan lalu mengingat ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan minyak dunia makin semakin membesar akhir-akhir ini.

Dalam seminggu perdagangan kemarin, sebetulnya harga minyak sempat membaik setelah Energy Information Administration dalam laporan mingguannya menyatakan bahwa persediaan minyak pemerintah AS minggu lalu mengalami penurunan sebesar 6,3 juta barel. Angka tersebut lebih besar dari perkiraan S&P Global Platts yang turun 1,6 juta barel dan lebih besar juga dibanding pernyataan American Petroleum Institute sebesar 5,8 juta barel.

Stok bensin juga mengalami penurunan sebesar 3,7 juta barel dan stok minyak destilasi juga turun sebesar 1,9 juta barel di minggu lalu. Sedangkan perkiraan S&P Global Platts memperkirakan bahwa stok bensin akan turun 1 juta barel dan minyak destilasi atau minyak suling mengalami kenaikan 500 ribu barel.

EIA juga melaporkan bahwa produksi minyak AS mengalami kenaikan 88 ribu barel perhari menjadi total 9,338 juta barel perhari. Hal ini yang menyebabkan harga mulai menurun kembali, ditambah lagi akhir pekan lalu data Baker Hughes menunjukkan peningkatan rig yang aktif berjumlah 7 buah rig sehingga total menjadi 763 rig yang aktif sejak tahun lalu.

Episode negatif harga minyak juga diperparah dengan tidak sepakatnya Rusia dalam pemangkasan minyak lebih lanjut serta membesarnya produksi minyak AS, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Agustus di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan kemarin ditutup melemah $1,29 atau 2,83% di level $44,23 per barel. Dalam perdagangan mingguan, minyak jenis WTI mengalami penurunan sebesar 3,9%.

Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup melemah $1,40 atau 2,91% di harga $46,71 per barel. Dalam perdagangan mingguan, minyak jenis Brent mengalami penurunan sebesar 4,2%.

Sejauh ini Rusia masih mempertanyakan keefektifan pemangkasan produksi tersebut ditengah gelombang produksi minyak AS yang membabi-buta serta makin rendahnya permintaan impor minyak dari beberapa negara industri besar di Asia seperti China, India dan Jepang.

Sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sudah mengalami penurunan kurang lebih 17%. Hal ini dikarenakan masih adanya persaingan diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan di 30 November nanti.

Sejauh ini usaha OPEC juga untuk menginginkan harga minyak belum berhasil meski Libya dan Nigeria juga akan dikenakan pembatasan produksi, namun ekspor minyak OPEC yang naik 445 ribu barel perhari sehingga menjadi total 2 juta barel perhari, membuat investor masih khawatir terhadap ketidakseimbangan pasar minyak global.

Morgan Stanley juga memberikan peringatan ke investor minyak dunia jika kondisi keyidakseimbangan ini masih terus terjadi, maka Morgan Stanley memperkirakan bahwa harga minyak masih akan berada dibawah level $50 perbarel hingga 2018 nanti.

Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: newsinenglish (.no)