Secara margin, emas dapat dikatakan berperforma buruk di Asia. Emas melemah karena imbal hasil obligasi acuan dan dolar AS terus mencerminkan pandangan pasar ke depan sehubungan dengan pertemuan Federal Reserve yang akan datang minggu depan. Tak pelak, membuat emas harus berupaya keras ‘memantulkan diri; dari level terendah mingguan di sekitar $1,815, intraday selama sesi Asia hari Rabu.
Pada perdagangan kemarin, logam mulia itu terseret turun ke level terendah sejak 11 Desember karena Fed Fund Futures mendorong imbal hasil obligasi AS dan Indeks Dolar AS. Namun, ketakutan geopolitik dan sentimen suram mengenai varian covid Omicron dan data AS berhasil menjadi kombinasi menahan penurunan emas.
Imbal hasil obligasi 2 tahun pemerintah AS naik dari 1,00% menjadi 1,063%, dan imbal hasil obligasi 10-tahun naik dari 1,80% menjadi 1,89% selama sekitar 24 jam terakhir. Sementara itu, indeks dolar saat ini terus mengincar level psikologis 95,80, sebuah wilayah yang signifikan, jika ditembus, dilihat dari sudut pandang analisis teknis.
Masih secara tehnikal, ada kemungkinan pola candlestick ‘Head and shoulder” terbalik yang dapat diartikan merupakan situasi bullish untuk greenback di sekitar pertemuan Fed minggu depan. Imbasnya, kenaikan dolar akan semakin menghambat pergerakan emas untuk menguat bahkan membuat emas terus kehilangan kilaunya.
Dapat dilihat, indeks masih mencatat penurunan terbesar dalam 12 sesi terakhir pada hari Selasa setelah Fed Fund Futures mengutip peluang besar untuk suku bunga Fed di atas 1,0% di awal 2023 ini. Dengan kondisi itu, imbal hasil obligasi AS untuk tenor 10-tahun dan 2-tahun naik ke level tertinggi sejak awal 2020, yang pada gilirannya membebani ekuitas, komoditas, dan Antipodean.
Namun, indikator manufaktur Fed New York yang suram melengkapi kekhawatiran yang terus meningkat atas perang antara Rusia dan Ukraina dan membuat peluang beli oleh investor tetap terjaga. Indeks Manufaktur Empire State NY merosot ke negatif untuk pertama kalinya dalam dua tahun pada Desember, -0,7 jauh berlawanan dengan ekspektasi yakni 25,7 dan 31,9 pada laporan sebelumnya, sedangkan Indeks Pasar Perumahan NAHB AS turun ke 83 di bawah perkiraan pasar 84.
Dapat disimpulkan, pembicaraan tentang kenaikan suku bunga Fed yang terus riuh rendah di pasar dapat menopang kekuatan dolar AS dan berujung pada membebani harga emas. Namun, tantangan lain terhadap risk appetite yang disebutkan di atas masih mungkin mempertahankan pembeli emas di tengah minimnya kalender ekonomi di AS.