Harga emas sedikit menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), memperpanjang keuntungan untuk hari kedua berturut-turut didorong oleh dolar AS yang lebih lemah menyusul ekspektasi bahwa bank sentral mungkin tidak perlu menaikkan suku bunga setinggi yang dikhawatirkan sebelumnya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 0,20 dolar AS atau 0,01 persen menjadi ditutup pada 1.826,20 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh level tertinggi sesi di 1.832,40 dolar AS dan terendah di 1819.80 dolar AS.
Emas berjangka menguat 10,20 dolar AS atau 0,56 persen menjadi 1.826,00 dolar AS pada Kamis (29/12/2022), tergelincir 7,30 dolar AS atau 0,40 persen menjadi 1.815,80 dolar AS pada Rabu (28/12/2022), dan bertambah 18,90 dolar AS atau 1,05 persen menjadi 1.823,10 dolar AS pada Selasa (27/12/2022).
Emas mengakhiri tahun 2022 mendekati level tertinggi enam bulan, namun turun untuk tahun kedua berturut-turut karena kenaikan suku bunga yang agresif dari Federal Reserve memicu reli dolar yang menentang peran logam mulia sebagai tempat yang aman untuk memarkir aset.
Dolar AS melemah pada perdagangan Jumat (30/12/2022) dengan indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, merosot 0,32 persen menjadi 103,5250 pada pukul 15.00 (20.00 GMT).
Indeks Manajer Pembelian (PMI) Chicago, dirilis oleh Institute for Supply Management-Chicago pada Jumat (30/12/2022), naik 7,7 poin menjadi 44,9 pada Desember.
Angka Desember masih menandai bulan keempat berturut-turut di bawah ambang batas 50,0 poin yang memisahkan ekspansi dari kontraksi, meskipun itu menghentikan angka tiga bulan berturut-turut lebih rendah.
Investor sedang menunggu rilis risalah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), yang akan keluar pada Rabu minggu depan (4/1/2023), dan laporan pekerjaan besar AS, yang akan dirilis pada Jumat minggu depan (6/1/2023).
Pertarungan The Fed melawan inflasi diperkirakan akan mendikte sentimen di pasar logam mulia tahun depan.
Invasi Rusia ke Ukraina, inflasi yang melonjak, pembatasan COVID-19, dan pertumbuhan yang melambat membuat logam mulia akan mengalami pergerakan beragam di tahun 2022.
“Mengingat fakta bahwa emas adalah aset berimbal hasil nol, peran tradisional logam mulia sebagai tempat berlindung yang aman dan sebagai lindung nilai terhadap inflasi sangat dirusak oleh kenaikan suku bunga besar-besaran Fed pada tahun 2022,” kata Han Tan, kepala analis pasar di Exinity, dikutip dari Xinhua.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret tergelincir 21 sen atau 0,87 persen, menjadi ditutup pada 24,04 dolar AS per oounce.
Platinum untuk pengiriman April naik 17,9 dolar AS atau 1,68 persen, menjadi menetap pada 1.082,90 dolar AS per ounce.