Harga emas melesat naik tajam pada hari Selasa, menyamai level tertinggi awal Agustus dan juga mencatat kenaikan harian beruntun diawal minggu ini. Emas naik karena karena data ekonomi AS yang lebih buruk dari perkiraan menekan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah.
Naiknya harga emas mendapat dukungan dari pelemahan dolar dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS setelah rilis data JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Survey) AS bulan Juli yang lebih lemah dari perkiraan. Selain itu, Conference Board, sebuah kelompok riset bisnis, melaporkan pada Selasa (29/8/2023) bahwa indeks kepercayaan konsumen turun menjadi 106,1 pada Agustus dari revisi 114 pada Juli. Para analis memperkirakan angka 116.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa lowongan pekerjaan di AS turun menjadi 8,8 juta pada Juli, paling sedikit sejak Maret 2021 dan turun dari 9,2 juta pada Juni. Indeks dolar AS dan imbal hasil Treasury turun menyusul data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan. Imbal hasil obligasi 10 tahun turun sebesar 4,122 persen pada Selasa (29/8/2023). Harga obligasi telah menyentuh level tertinggi sejak 2007 pada pekan lalu, menurut data FactSet, ketika diperdagangkan hanya sebesar 4,37 persen. Sementara itu, dolar AS bergerak di bawah level tertinggi sejak Maret. Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun -0.45% dan ditutup pada 103,380.
Investor juga menunggu laporan produk domestik bruto (PDB) yang akan dirilis pada Rabu dan adata utama yaitu indeks pengeluaran konsumsi pribadi (Core PCE) Juli pada Kamis (31/8/2023) dan laporan ketenagakerjaan AS (NFP) Agustus pada Jumat (1/0/2023).
“Data ekonomi AS adalah “fokus” karena angka-angka tersebut akan menggerakkan indeks dolar, dan kekuatan apa pun dalam indeks dolar kemungkinan akan mendorong harga emas lebih rendah, dan sebaliknya,” kata Naeem Aslam, kepala investasi di Zaye Capital Markets seperti dikutip Market Watch.