Harga emas mulai memudar setelah kemarin mencatat kenaikan yang dipicu oleh data inflasi AS turun ke level $1.790 selama sesi awal Tokyo di sesi Kamis. Saat ini emas diperdagangkan dalam rentang 1.787 hingga 1.784. Penurunan logam mulia itu dapat dikaitkan dengan kekhawatiran beragam seputar langkah Fed selanjutnya dan ketegangan Tiongkok-Amerika.
Emas sempat mencapai level tertingginya pada sesi Rabu di 1.807 tetapi kembali turun ke area 1.795. Saat ini emas kembali berjuang untuk melewati level 1.800 di tengah pelemahan dolar secara luas.
Dolar AS runtuh setelah rilis data CPI AS untuk Juli, karena tingkat inflasi berkontraksi melampaui perkiraan, turun menjadi 8,5% per tahun dari 9,1% pada bulan Juni. Sementara inflasi inti stabil di 5,9%, lebih baik dari perkiraan kenaikan 6,1%.
Harga emas saat ini tampaknya terjebak antara melemahnya dolar dan meningkatnya minat risiko pasar. Inflasi harga produsen AS, yang akan dirilis mala mini akan menjadi petunjuk lanjutan yang dapat memengaruhi pergerakan harga logam mulia tersebut.
Inflasi harga produsen ini diperkirakan menjadi cerminan penurunan harga konsumen. Namun tanda-tanda bahwa tren ini tidak meluas ke harga pabrik yang dapat mengurangi selera risiko.
Melemahnya dolar, di tengah meningkatnya perkiraan kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Federal Reserve pada September mendorong harga logam industri.
Namun, kenaikan harga logam industri masih terjadi meskipun adanya penurunan aktivitas pabrik di seluruh dunia. Inflasi harga produsen di China turun hingga Juli, sementara aktivitas manufaktur kontraksi dalam menghadapi lockdown COVID-19.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS awalnya turun tetapi kembali naik ke tingkat pra-rilis, dengan imbal hasil obligasi 10-tahun AS saat ini sebesar 2,78%.