Emas datar di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi, karena para pedagang mempertimbangkan prospek kenaikan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve AS terhadap lonjakan infeksi COVID-19 secara global.
Emas spot sedikit berubah diperdagangkan di 1.813,91 dolar AS per ounce pada pukul 01.33 GMT.
Sementara itu, emas berjangka AS diperdagangkan datar di 1.813,80 dolar AS per ounce.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan naik ke level tertinggi dalam lebih dari sebulan pada Selasa (4/1/2022) karena investor bersiap untuk kenaikan suku bunga Fed pada pertengahan tahun guna mengekang inflasi yang sangat tinggi.
Imbal hasil yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak membayar bunga.
Kontrak berjangka pada suku bunga fed funds pada Selasa (4/1/2021) memperkirakan kemungkinan sekitar 66 persen pengetatan seperempat poin persentase pada Maret, dengan investor sepenuhnya memperkirakan skenario itu pada Mei.
Membuat emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya, indeks dolar AS melayang di dekat level tertinggi dua minggu yang disentuh pada Senin (3/1/2022), mengikuti kenaikan dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Sementara itu, Amerika Serikat mencatat rekor global dengan melaporkan hampir 1 juta infeksi baru virus corona pada Senin (3/1/2022) menurut penghitungan Reuters.
Awal optimistis Wall Street untuk Tahun Baru hanya berlanjut untuk indeks Dow Jones pada Selasa (4/1/2022) karena indeks S&P 500 dan Nasdaq jatuh.
Sementara minyak dan dolar menguat, tetapi investor memutar kembali pengambilan risiko di tempat lain karena data menunjukkan manufaktur AS melambat dan penyebaran COVID-19 kian meluas.
Logam mulia lainnya di pasar spot, perak turun 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 23,01 dolar AS per ounce, platinum tetap tidak berubah pada 971,21 dolar AS per ounce, dan paladium naik 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.872,63 dolar AS per ounce.