JAVAFX – Emas dalam tekanan dan minyak positif pada perdagangan komoditi dunia di awal pekan ini setelah masalah politik dunia masih menghiasi hati investor sejak akhir pekan lalu.
Harga emas kontrak Agustus di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $1,00 atau 0,08% di level $1270,40 per troy ounce. Untuk harga perak kontrak Juli di Comex untuk sementara bergerak melemah $0,11 atau 0,63% di level $17,12 per troy ounce.
Pada perdagangan hari ini, emas masih menjauhi dari level tinggi 7 bulannya setelah dimana konsentrasi pergerakan emas sulit bangkit karena politik AS masih terus membuat investor enggan mengoleksinya, apalagi episode tuduhan kecurangan Trump dalam pemilu lalu masih berlanjut dimana Selasa ini senat AS akan meminta keterangan dari Jaksa Agung AS, Jeff Session.
Tidak berhasilnya untuk melengserkan Trump pada minggu lalu, maka berarti agenda ekonomi AS yang ambisius untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi terus berlanjut dan AS akan menghadapi masa-masa gemilangnya kembali. Inilah yang membuat harga emas menjauhi level tertinggi 7 bulannya hingga sore ini, karena upaya penguatan dolar AS mulai terlihat kembali.
Beberapa agenda kebijakan suku bunga akan menjadi sorotan khusus dari pergerakan emas di minggu ini, apalagi the Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunganya yang kedua kali di meeting Kamis dini hari nanti.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juli di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak menguat $0,56 atau 1,22% di level $46,39 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Agustus di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,62 atau 1,29% di harga $48,77 per barel.
Pasca ditetapkannya kelanjutan pemotongan produksi minyak 1,8 juta barel perhari oleh OPEC hingga Maret 2018 pada pertemuannya di Wina akhir bulan lalu, investor sebetulnya masih ragu tentang efektif atau tidaknya pemangkasan produksi tersebut, dikarenakan sisi keseimbangan pasar yang mengukur antara permintaan dan penawaran nampak masih lebih besar penawarannya.
Dilaporkan oleh Thomson Reuters Eikon pekan lalu bahwa sekitar 25 super tanker yang berisi minyak penuh, sedang berlabuh di area Selat Malaka dan didekat Singapura menunggu negara pembelinya. Hal ini menunjukkan meski permintaan minyak di Asia masih tinggi, namun produsen minyak nampaknya sedang kewalahan mengurangi persediaannya.
Namun harga minyak yang meningkat kali ini didukung rasa optimis investor terhadap pemangkasan OPEC dan produksi minyak AS yang kemungkinan besar tidak akan dapat mengimbanginya. Sisi permintaan dimasa depan kemungkinan besar akan meningkat, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik di Asia, Eropa dan benua Amerika.
Selain itu terganggunya produksi minyak Nigeria dan komitmen Kazakhstan untuk ikut komitmen pemangkasan produksi minyak OPEC membuat investor melakukan sisi belimkarena khawatir suplai minyak global dapat terganggu.
Sumber berita: reuters, investing, kitco, bloomberg
Sumber gambar: Fortune