Emas Cenderung Bertahan

0
125

JAVAFX – Emas cenderung bertahan dari gempuran aksi ambil untung sesaatnya di perdagangan awal pekan ini pasca menguat pada perdagangan akhir pekan lalu dengan tetap mewaspadai akan naiknya suku bunga AS serta jelang perundingan Brexit.

Di perdagangan sebelumnya, penguatan emas kembali muncul setelah beberapa data perumahan dan keyakinan konsumen AS ternyata dilaporkan lebih rendah dari periode yang lalu serta lebih buruk dibandingkan perkiraan pasar. Harga emas kontrak Agustus di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $1,90 atau 0,15% di level $1256,50 per troy ounce. Sedangkan dalam perdagangan seminggu lalu, komoditi emas mengalami penurunan sebesar 1,2%.

Harga perak kontrak Juli di Comex ditutup melemah $0,06 atau 0,33% di level $16,66 per troy ounce. Sedangkan dalam perdagangan seminggu lalu, komoditi emas mengalami penurunan sebesar 3,3%.

Sektor perumahan AS sudah 4 bulan ini terus menunjukkan tren yang negatif sehingga hal ini dapat menganggu laju pertumbuhan ekonomi AS yang kurang bisa mendukung kenaikan suku bunga the Fed lebih lanjut. Namun bagi kami sektor ini bagi kami masih bisa menjadi dukungan kuat terhadap masa depan ekonomi AS, namun dengan kenaikan suku bunga maka pasar perumahan akan melunak tetapi reformasi pajak yang akan segera menurunkan pajak bisnis dan menaikkan pajak impor AS kemungkinan besar membawa usaha perbaikan ekonomi tersebut dengan sendirinya. Kalau perbaikan kondisi ekonomi tersebut terjadi tentu suku bunga akan segera naik dan emas yang sensitif dengan suku bunga tentu akan terpukul.

Dalam rapat terakhirnya, The Fed memastikan pasar global bahwa suku bunganya akan naik sekali lagi di tahun ini dan 3 kali di 2018, disertai upaya bahwa defisit neraca besar AS juga akan dikurangi. Sebuah hal yang kontradiksi dimana kenaikan suku bunga biasanya membawa dampak defisit pendapatan dan menambah beban pengeluaran.

Namun menjadi catatan selipan bahwa Yellen sangat yakin pasar tenaga kerja AS masih ketat dan percaya bahwa target inflasi 2% dapat tercapai selama pasar tenaga kerja seperti sekarang ini. Rencana the Fed dalam mengatasi masalah defisit neracanya masih akan menjadi sorotan bagi emas hari ini, mengingat kebijakan mengurangi defisit tersebut dapat diartikan bahwa sisi proteksi impor barang dan pengurangan pembelian cadangan emas dapat terjadi, sehingga hal ini tidak bersahabat terhadap emas itu sendiri.

Masalah pembahasan reformasi pajak menjelang reses parlemen AS di 29 Juni sebelum aktif lagi di hari Kemerdekaan AS 4 Juli, membuat perhatian pasar beralih dari hak Angket Trump ke persoalan pemangkasan pajak tersebut. Pembahasan pajak dapat dipastikan akan berlangsung sangat sengit dan parlemen sendiri sejauh ini telah menyarankan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin agar segera merubah beberapa kebijakan fiskal jaman Obama segera diganti untuk mendukung Trumponomics.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, greenback secara umum mengalami tekanan setelah fundamental ekonomi AS yang kurang berkenan bagi investor keuangan dunia. EURUSD ditutup menguat di level 1,1196, GBPUSD ditutup menguat di level 1,2778, AUDUSD ditutup menguat di level 0,7613 dan USDJPY ditutup melemah di level 110,82.

Sejauh ini, dolar AS masih menjadi mata uang mayoritas dunia yang berusaha terus menekan mata uang utama dunia lainnya, pasca FOMC meeting minggu lalu dengan hasil suku bunga menjadi 1,25% dan dapat dipastikan akan menjadi 1,50% di tahun ini

Pasar keuangan dunia hari ini berfokus akan mulai dirundingkannya Brexit antara pemerintah Inggris dengan parlemen Uni Eropa yang berlangsung di Brussel Belgia. Diperkirakan perundingan Brexit ini akan berlangsung hingga 2 tahun mendatang.

Tentu fokus ke pound sterling akan semakin lekat, karena beberapa data utama ekonomi Inggris minggu lalu seperti data inflasi dan data tenaga kerja Inggris cukup membaik akhir-akhir ini sehingga suku bunga Bank of England bisa diakhiri episode suku rendah. Namun penjualan ritel atau eceran Inggris mengalami kondisi sangat negatif membuat tekanan suku bunga Inggris segera mereda seiring sedang turunnya daya beli konsumen Inggris.

Sumber berita: Reuters, Marketwatch, Investing
Sumber gambar: Investopedia