Ekonomi Inggris sedang berjuang di bawah dua tekanan risiko utama yakni inflasi dua digit dan kemungkinan resesi, membuat Bank of England dalam dilema atas seberapa jauh harus menaikkan suku bunga.
BoE telah menaikkan biaya pinjaman lima kali sejak Desember dan pengumuman suku bunga berikutnya yang dijadwalkan pada 4 Agustus. Bank sentral mengatakan akan bertindak “secara paksa”, dengan kata lain, menaikkan suku bunga lebih tajam, jika tekanan inflasi semakin menjadi-jadi. BoE juga memperkirakan hampir tidak ada pertumbuhan ekonomi selama tiga tahun ke depan.
Inflasi konsumen melonjak 9,1% dalam 12 bulan hingga Mei, terbesar dalam 40 tahun, dan BoE perkirakan inflasi akan mencapai 11% pada Oktober ketika biaya energi kembali naik.
BoE mengatakan hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk menghentikan inflasi untuk jangka pendek dan prioritasnya adalah menghentikan lonjakan harga dari dorongan ekspektasi inflasi jangka panjang, yang akan membuat masalah lebih sulit untuk diperbaiki.
Salah satu parameter ekspektasi inflasi yang paling dipantau adalah jajak pendapat Citi/YouGov yang meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir meski telah menunjukkan tanda-tanda stabil atau turun.
Cara utama untuk menghambat ekspektasi inflasi lebih tinggi dalam perekonomian adalah melalui kesepakatan gaji yang lebih tinggi. Gaji pekerja telah tumbuh lebih cepat dari biasanya, sebagian besar karena bonus satu kali yang dibayarkan oleh perusahaan dalam upaya untuk mempertahankan dan merekrut staf di tengah kekurangan tenaga kerja untuk mengisi lowongan.
Kombinasi pandemi dan Brexit membuat pengusaha Inggris di banyak sektor menghadapi kekurangan staf yang akut, kekhawatiran lainnya bagi BoE adalah karena hal ini menambah tekanan pembayaran.
Menteri Keuangan Sunak pada bulan Mei meningkatkan bantuan pemerintah untuk rumah tangga yang berjuang di tengah meningkatnya biaya hidup dan dia mendapat tekanan untuk berbuat lebih di akhir tahun ini.