Ekonomi China Bulan Juli Melambat, Dampak Perang Dagang Mulai Dirasakan

0
150
Container Cargo freight ship Terminal in Hongkong, China

JAVAFX – China melaporkan serangkaian data ekonomi periode Juli yang lemah secara tak terduga pada hari Rabu, termasuk penurunan dalam output industry ke level terendah 17 tahun. Kondisi tersebut menunjukan mulai dirasakan dampak dari meningkatnya eskalasi perang dagang.

Ekonomi Tiongkok atau China membutuhkan lebih banyak stimulus karena tantangan cukup kuat dan data hari ini jauh lebih lemah daripada perkiraan”, kata Larry Hu, kepala ekonomi Tiongkok Besar di Macquarie Group di Hong Kong. Larry juga mengatakan bahwa perekonomian akan terus melambat. Pada titik tertentu, pembuat kebijakan harus meningkatkan stimulus untuk mendukung infrastruktur dan property. Saya piker itu bisa terjadi pada akhir tahun ini.

Produksi industry China melambat tajam menjadi 4,8% di bulan Juli dari tahun sebelumnya, lebih rendah dari perkiraan bearish yang disurvei Reuters dan laju terendah sejak Februari 2002. Kementrian Perindustrian China mengatakan bulan lalu bahwa negaranya akan membutuhkan ‘upaya sulit’ untuk mencapai target pertumbuhan industry 2019 dari 5,5% menjadi 6,0%.

Sementara untuk retail sales di bulan Juli juga mengalami pertumbuhan melambat. Dilaporkan penjualan ritel Juli hanya tumbuh 7,6% turun dari bulan sebelumnya 9,8% dan berada dibawah perkiraan consensus 8,6%.

Eskalasi Perang Dagang

Pada bulan-bulan terakhir ini eskalasi perang dagang semakin meningkat yang telah meningkatkan tekanan pada kedua negara ekonomi terbesar di dunia yang juga memicu kekhawatiran resesi global. Presiden AS, Donald Trump mengancam akan megenakan tarif 10% pada $300 miliar produk impor China di bulan September.

China membiarkan mata uang yuan merosot ke level terendah 11 tahun pada beberapa hari kemudian, mendorong Departeman Keuangan AS untuk menyebut Beijing sebagai manipulator mata uang dan memicu penjualan besar-besaran di pasar keuangan.

Meski Trump memberi kelonggaran untuk produk ponsel, laptop dan barang lainnya, tetap saja tarif baru akan mulai di kenakan pada 1 September mendatang. Para analis mengatakan solusi untuk perdamaian perdagangan tampak belum jelas.