JAVAFX – Pada perdagangan mata uang utama di hari Jumat (24/7), greenback terpantau turun di sesi Asia karena Amerika Serikat sedang berjuang untuk membatasi jumlah kasus Covid-19 yang terus melonjak. Dikombinasikan dengan berakhirnya beberapa langkah-langkah stimulus pada akhir bulan Juli serta rekor jumlah klaim pengangguran, para pelaku pasar masih ragu atas prospek pemulihan ekonomi AS.
Indeks Dolar AS yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang lainnya tergelincir 0,07% menjadi 94,585. Pasangan GBP/USD naik 0,11% menjadi 1,2753, mata uang USD/JPY turun 0,28% menjadi 106,56. Pasangan AUD/USD naik 0,25% menjadi 0,7115, NZD/USD naik 0,11% menjadi 0,6641, USD/CNY naik 0,05% menjadi 7,0066.
Greenback terus berjuang melawan posisi terendah 94,65 pada bulan Maret lalu ditengah melawan pukulan keras dari pandemi corona. Jumlah kasus di AS kini mencapai 4 juta, dengan lebih dari 15,4 juta kasus secara global hingga 24 Juli, menurut data Universitas Johns Hopkins.
AS melaporkan kenaikan pertama dalam klaim pengangguran awal sejak Maret, dengan 1,416 juta orang Amerika mengajukan klaim pengangguran selama minggu lalu. Jumlah ini lebih tinggi dari perkiraan analis untuk 1,3 juta klaim, serta klaim 1,307 juta minggu sebelumnya.
Franulovich juga mencatat dolar akan menghadapi rintangan besar dalam minggu mendatang, dengan Federal Reserve AS diperkirakan akan mengambil pandangan dovish pada pertemuan kebijakannya.
Sementara itu, kerugian dolar adalah keuntungan Euro, dengan Uni Eropa mencapai kesepakatan pada paket penyelamatan covid-19 sebesar 750 miliar euro ($868,987 miliar) pada awal minggu. Perjanjian tersebut mendorong Euro ke puncak 21 bulan terhadap dolar.
Ketegangan AS-Cina terus membara, dengan China bersumpah akan melakukan pembalasan atas pesanan AS agar konsulat Houstonnya ditutup pada hari Jumat. Tetapi sebuah penerbangan yang membawa sejumlah diplomat AS ke Shanghai yang tidak ditentukan berangkat pada Rabu malam.