Dolar rebound cukup kuat di sesi Jumat, namun mata uang AS itu menuju penurunan mingguan terbesar sejak akhir Mei setelah data ekonomi AS yang lemah menampilkan beberapa surutnya ekspektasi atas suku bunga Federal Reserve yang dirilis minggu depan.
Indeks dolar melonjak naik ke level 107,25, menyusul penurunan 0,36% di sesi Kamis. Untuk minggu ini, dolar AS turun 0,95%, penurunan terbesar sejak 29 Mei dan penurunan minggu pertama dalam empat minggu terakhir.
Di sesi kemarin, Dolar berada di bawah tekanan tambahan, dengan imbal hasil obligasi AS juga mengalami penurunan, setelah data menunjukkan aktivitas pabrik AS yang menurun dan pengajuan tunjangan pengangguran AS yang meningkat, tanda-tanda bahwa ekonomi sudah merasakan efek dari pengetatan kebijakan Fed yang agresif, yang dapat menyebabkan the Fed sedikit mengurangi langkah pengetatan di masa depan.
Ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga the fed mulai menyusut dan hanya menempatkan peluang 82,5% Komite Pasar Terbuka Federal akan menaikkan suku sebesar 75 basis poin pada 27 Juli mendatang.
Sementara itu, Euro terpeleset jauh dari level tertinggi di lebih dari dua minggu yang dicapai pada hari Kamis, ketika Bank Sentral Eropa menaikkan biaya pinjaman dalam kenaikan suku bunga pertama sejak 2011. ECB juga menyampaikan beberapa spesifikasi cara baru untuk menjinakkan imbal hasil obligasi.
Euro saat ini diperdagangkan melemah terhadap dolar AS dan saat ini bergerak di area 1,0142, mundur cukup jauh dari level puncak di 1,0279 yang dicapai di sesi Kamis menyusul kenaikan suku bunga ECB sebesar setengah poin yang lebih besar perkiraan.
Sementara program pembelian obligasi baru, yang disebut Instrumen Perlindungan Transmisi, tampaknya akan dipicu oleh aksi jual surat utang Italia di tengah runtuhnya pemerintah di sana, sumber mengatakan kepada Reuters bahwa ECB tidak berharap untuk menggunakannya dalam waktu dekat.