JAVAFX – Dolar AS mulai hilang sisi penguatannya pada perdagangan sesi Asia siang ini dimana arah pergerakan ini sebagai upaya investor menangkap sinyal kuat bahwa mata uang AS haruslah mulai melemah ditengah perang tarif yang masih terus memanas.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan sebelumnya, kondisi greenback mengalami tekanan dari beberapa mata uang utama dunia lainnya, sehingga hal ini mengakibatkan EURUSD ditutup menguat di level 1,1597, GBPUSD ditutup melemah di level 1,2939, AUDUSD ditutup menguat di level 0,7418 dan USDJPY ditutup melemah di level 111,37.
Dan untuk sementara di pagi ini, EURUSD bergerak di level 1,1625, GBPUSD bergerak di level 1,2956, AUDUSD di level 0,7429 dan yen di level 111,32.
Pound dan mata uang utama dunia lainnya, memang masih bergerak dengan sisi penguatannya terhadap dolar AS di mana ini merupakan bentuk perlawanan pasar dari pergerakan sebelumnya yang membuat indeks dolar atau greenback menguat cukup besar.
Beberapa agenda ekonomi AS yang membaik memang sempat membuat mata uang AS mendominasi pergerakan pasar sebelumnya. Bahkan The Fed telah menyingkapkan tabir sinyal kenaikan lebih lanjut dari suku bunganya di pekan lalu. Data ekonomi AS juga mendukung kenaikan tersebut, meskipun Bank of England pekan lalu menaikkan suku bunganya, namun pound gagal menguat karena Mark Carney sedang bimbang melihat masa depan Inggris dalam menghadapi Brexit yang masih belum jelas arah kesepakatannya dengan Uni Eropa jelang perpisahannya tahun depan.
Faktor menantikan kepastian bagaimana langkah selanjutnya dari bank sentral AS dalam menyikapi perkembangan suku bunganya dan situasi perang dagang akan menjadi bahan pertimbangan utama oleh investor untuk melakukan transaksi. Sisi perang dagang antara AS dengan beberapa negara maju terutama dengan China dan Uni Eropa, masih akan sewaktu-waktu mengancam lagi dan bisa membuat indeks dolar menguat lagi. China dan AS sama-sama sedang menghadapi kebijakan tarif yang bisa mengurangi defisit perdagangan AS, dan sampai sekarang masih belum ada jalan keluarnya. Namun dengan Uni Eropa kondisi perdagangan AS sudah akan menemui titik temu.
Namun investor akan melihat perkembangan AS dan China selanjutnya setelah bulan lalu perang tarif dimulai mereka. Terbukti tadi data surplus neraca perdagangan China memang mengecil, namun penurunannya tidak sebesar harapan pasar ketika perang tarif terjadi sehingga diyakinkan bahwa pertumbuhan ekonomi China masih akan baik-baik saja dalam menghadapi tekanan tarif.
Di sisi lain tekanan datang ke dolar AS karena muncul pertanyaan besar terhadap masa depan ekonomi AS ketika tarif baru diterapkan. Jika turun di kuartal ini, maka kenaikan sukubunga the Fed sudah pasti akan ditunda.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi