Dolar menukik turun dan emas melesat naik setelah Fed meyampaikan keputusan hasil pertemuannya untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah pada level 0 – 0.25% dan mengisyaratkan kemungkinan bahwa tidak ada kenaikan suku bunga hingga 2023 untuk menjaga likuiditas pasar. Keputusan tidak menaikkan suku bunga hingga tahun 2023 di tengah membanjirnya Dolar AS yang akan membanjiri pasar keuangan Amerika akibat di sahkannya Undang-undang stimulus yang mensahkan pemerintah untuk menyuntik dana sangat besar yaitu $1.9 Trilyun telah melemahkan Dolar AS terhadap Emas dan mata uang lainnya.
Usai pengumuman tersebut, yield obligasi pemerintah AS pun langsung surut ke level 1,64%. Yield dan harga bergerak berlawanan arah, sehingga penurunan yield mengindikasikan bahwa harga sedang menguat alias diburu pemodal.
Bonus sentimen positif muncul dari mulut Powell setelah dia menyampaikan proyeksi ekonomi yang lebih positif dari sebelumnya, mengimplikasikan efek pemulihan ekonomi yang nyata, dan menargetkan angka pertumbuhan ekonomi 2021 sebesar 6,5%. Dari sisi inflasi, The Fed memperkirakan indeks harga konsumen (IHK) tersebut pada tahun ini diprediksi bisa menyentuh angka 2,2%, meski dalam jangka panjang The Fed memperkirakan rerata inflasi masih akan berada di level 2%.
Ekonomi Amerika memang akan membaik, namun Maklum dana tunai yang berlebih karena stimulus memang membutuhkan tempat untuk menampung dan mengembangkannya. Namun, ada harga yang harus dibayar dari uang beredar yang berlebihan di pasar, yakni inflasi. Prospek ekonomi Amerika yang positif akibat pengumuman Powell ini juga di prediksi akan berpengaruh positif juga ke ekonomi negara lainnya termasuk negara berkembang. Nah, semua hal inilah yang membuat mata uang dolar AS semakin melemah terhadap mata uang lainnya dan Gold.