Dolar AS Masih Perkasa Terhadap Rivalnya

0
95

JAVAFX – Pada perdagangan valuta asing di hari Jumat (22/11), Dolar AS berhasil mempertahankan kenaikannya semalam, setelah para pelaku pasar masih berpegang teguh pada safe haven serta menunggu perkembangan negosisasi perang dagang antara Amerika Serikat-China.

Semalam, dolar sedikit mengalami pergerakan karena investor juga melihat ke beberapa survei manufaktur global yang diterbitkan pada hari itu untuk petunjuk tentang seberapa dalam isu dalam perang tariff perdagangan antara AS-China yang sangat merugikan ekonomi dunia.

Greenback menguat terhadap yen Jepang di level 108,58 yen dan stabil terhadap euro $1,1064, dengan Aussie AUD $0,6789, Yuan China stabil di level 7,0303 per dolar, dolar membuat posisi pound Inggris dibawah dengan posisi level $1,30 dan kiwi NZD $0,6404.

Dan terhadap sekeranjang mata uang. DXY dolar terakhir berada di level 97.993.

Juru bicara kementerian perdagangan Gao Feng mengatakan, China akan berusaha keras untuk menyelesaikan perselisihan. Gesekan antara Amerika Serikat dan China mulai menyebar dari perdagangan ke pertanyaan tentang hak asasi manusia Tiongkok.

Ini adalah kesempatan sempurna untuk membukukan beberapa keuntungan dan melonggarkan beberapa perdagangan berisiko, yang mendukung yen dan obligasi pemerintah. Penyelesaian “fase satu” kesepakatan perdagangan antar kedua adidaya tersebut Amerika Serikat-China sepertinya akan ditunda ke tahun depan, pakar perdagangan dan orang-orang yang dekat dengan Gedung Putih mengatakan kepada Reuters, ketika Beijing menekan untuk pengembalian tarif yang lebih luas dan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump membalas dengan meningkatnya permintaan itu sendiri.

Washington dan Beijing telah memberlakukan tarif pada barang satu sama lain dalam perselisihan pahit atas praktik perdagangan Tiongkok yang menurut pemerintah AS tidak adil. Isu tersebut telah memperlambat perdagangan global, meningkatkan risiko resesi untuk beberapa negara, dan mengguncang pasar keuangan. Beijing membantah ikut campur dalam urusan Hong Kong dan menyalahkan pemerintah asing karena memicu kerusuhan.

Selain pertikaian tarif, Hong Kong telah muncul sebagai titik nyala lain yang oleh beberapa pedagang katakan dapat memperburuk hubungan kedua negara tersebut antara AS-Cina. Apa yang dimulai sebagai protes terhadap usulan RUU ekstradisi China telah meluas ke pertempuran hampir setiap hari dengan polisi Hong Kong atas anggapan erosi kebebasan di bawah kekuasaan Tiongkok dan polisi mendapat kecaman setelah satu pemrotes ditembak dari jarak dekat.