JAVAFX – Dolar AS ingin menekan di saat perang tarif masih memanas pada perdagangan hari ini di mana potensi penguatan dari mata uang AS ini sepertinya memang masih ada sebagai bentuk aksi mencari aset pengamanan.
Secara umum di perdagangan sebelumnya, kondisi greenback mengalami tekanannya dari mata uang utama dunia lainnya, sehingga hal ini mengakibatkan EURUSD ditutup mendatar di level 1,1746, GBPUSD ditutup menguat di level 1,3113, AUDUSD ditutup melemah di level 0,7251 dan USDJPY ditutup menguat di level 112,76.
Dan untuk sementara di siang ini, EURUSD bergerak di level 1,1740, GBPUSD bergerak di level 1,3103, AUDUSD di level 0,7239 dan yen di level 112.85.
Nilai dolar AS sedikit membaik pada perdagangan sebelumnya setelah ada beberapa aksi likuiditas negara-negara yang memberi ruang tekanan kepada dolar AS telah nyata adanya dengan menekan mata uang AS tersebut pasca krisis ekonomi terjadi. Sebelumnya investor pernah memanfaatkan momentum mulai munculnya pengaruh kritik Presiden Trump agar bank sentral AS atau the Fed untuk menahan keinginan naiknya suku bunganya. Kritik tersebut disetujui oleh ketua the Fed Jerome Powell yang sadar bahwa ekonomi AS memang masih butuh kenaikan suku bunganya, namun dolar AS sebaiknya melemah terlebih dahulu untuk mengurangi tekanan defisit jelang Fed meeting.
Dan perang tarif memang sedang berlangsung dan makin memanas ditandai dengan saling berbalas aksi tarif baik dari AS maupun dari China. Sebelumnya indeks dolar menjaga ritme positifnya selama ini di mana proses perang dagang memberikan arti bahwa harga barang yang terkena tarif baru dari Presiden Trump khususnya harga barang di AS, akan mengalami kenaikannya. Sisi kenaikan inflasi di AS tentu akan mendatangkan dukungan yang kuat terhadap rencana kenaikan suku bunga the Fed yang bisa naik secara bertahap lagi.
Namun usaha pelemahan dolar AS memang terus diusahakan pasar agar sisi likuiditas dunia tidak dipertanyakan kelanjutannya. Ini sebagai bentuk jawaban terhadap pertanyaan beberapa ekonom internasional yang khawatir perang dagang bisa meningkatkan kekurangan likuiditas keuangan dunia dalam waktu 2 tahun mendatang sehingga muncul kiris ekonomi baru.
China telah melakukan devaluasi mata uangnya demi menjaga ritme nilai tukarnya dengan dolar AS, sehingga kondisi ini sepertinya mulai diikuti oleh beberapa bank sentral dunia lainnya untuk meredam penguatan dolar AS. Sejauh ini situasi pelemahan dolar AS sedikit nyata adanya ditengah perang dagang yang masih berkecamuk. Dan sepertinya bank sentral Jepang juga berusaha mempertahankan yen untuk tidak menguat lebih besar jelang Kuroda berbicara.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi