Dolar AS memulai perdagangan minggu ini dengan sentimen negatif terhadap yen, menghapus sebagian kenaikan sesi Jumat di area 144,00, level tertinggi sejak November 2022, dan turun lebih dari 0,15%. Dolar AS juga berpotensi menghentikan rangkaian kenaikan selama tiga hari terhadap Yen Jepang.
Penguatan yen ini sebagai reaksi terhadap peringatan diplomat terkemuka Jepang, Masato Kanda, yang mengatakan bahwa pergerakan terkini dalam mata uang domestik tersebut relatif “cepat” dan bahwa otoritas akan merespons setiap pergerakan yang berlebihan di pasar valuta asing.
Sementara Bank of Japan (BoJ), dalam Ringkasan Opini dari pertemuan kebijakan moneter terbaru pada bulan Juni, mencatat bahwa ada kemungkinan kuat inflasi konsumen akan melambat, meski tidak akan turun di bawah 2%, menuju pertengahan tahun fiskal saat ini. Sehingga, hal ini memicu spekulasi bahwa BoJ mungkin akan mengurangi kebijakan yang sangat longgar dan memberikan dukungan tambahan bagi JPY.
S&P Global pada Jumat melaporkan aktivitas bisnis AS turun ke level terendah tiga bulan pada bulan Juni karena melambatnya pertumbuhan sektor jasa untuk pertama kali tahun ini, sementara sektor manufaktur memperdalam kontraksinya. Hal ini dianggap sebagai faktor utama yang menekan dolar AS. Namun, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi AS naik sedikit pada kuartal kedua.
Namun, pandangan hawkish Federal Reserve (Fed) kemungkinan akan mencegah pasar melepas dolar AS secara agresif dan membantu membatasi penurunan korektif signifikan Greenback, setidaknya untuk saat ini.
Selain itu, Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, selama dua hari kesaksian di hadapan Kongres minggu lalu, menegaskan bahwa bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga lagi tahun ini, meski dengan “kehati-hatian”, untuk mengatasi inflasi yang tetap tinggi. Powell menambahkan bahwa Fed tidak mengharapkan pemotongan suku bunga dalam waktu dekat dan akan menunggu hingga yakin bahwa inflasi akan turun ke target 2%.
Perhatian pasar sekarang beralih ke rilis data Core PCE Price Index AS pada Jumat, indikator inflasi yang disukai oleh Fed. Data tersebut dapat mempengaruhi harapan pasar tentang langkah kebijakan Fed selanjutnya, yang pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan terhadap Dolar AS.