Harga emas naik ke level tertinggi tiga bulan pada perdagangan hari Senin di sesi Asia. Kenaikan ini tak lepas dari melemahnya dolar dan penurunan imbal hasil obligasi. Sehingga ini menjadi daya tarik terhadap emas pasca data penjualan ritek AS pekan lalu tak terduga terhenti pada bulan April.
Emas spot emas naik 0,1% menjadi $1,844.60 per ons, setelah mencapai level tertinggi sejak 10 Februari di awal perdagangan Asia. Emas berjangka AS naik 0,4% menjadi $1,845.60.
Indeks dolar tergelincir dari level mendekati tertinggi satu minggu terakhir yang disentuh pekan lalu, yang membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Sementara imbal hasil obligasi 10 tahun AS yang menjadi acuan semakin terseok dari level tertinggi di lebih dari satu bulan terakhir pada pekan lalu. Imbal hasil obligasi yang lebih rendah mengurangi biaya peluang memegang emas tanpa bunga.
Data pada hari Jumat menunjukkan penjualan ritel AS secara tak terduga terhenti pada bulan April atas dorongan dari anggaran stimulus memudar. Namun, diperkirakan penjualan ritel kembali bangkit dalam beberapa bulan mendatang di tengah rekor penghematan dan pembukaan kembali ekonomi.
Dengan data penjualan ritel yang melemah menahan kekhawatiran inflasi yang meningkat dan taruhan atas kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang lebih cepat dari perkiraan. Dalam hal ni, emas justru lebih diuntungkan atas suku bunga yang lebih rendah karena mengurangi biaya peluang memegang emas batangan yang tidak menghasilkan.
Presiden Federal Reserve Dallas Robert Kaplan pada hari Jumat mengangkat prospek kenaikan ekspektasi inflasi AS yang mengkhawatirkan, karena ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan untuk tenaga kerja dan barang memberikan tekanan ke atas pada harga.
Smenetara itu, pasar saham Asia naik dengan hati-hati pada hari Senin, dengan memanfaatkan kenaikan dan rebound di Wall Street.
Pada perdagangan logam mulia lainnya, paladium naik 0,2% menjadi $2.898,24 per ons, perak turun 0,1% menjadi $27,38 dan platinum turun 0,2% menjadi $1.222,04.
